Inflasi Jinak, Dolar Tersandung di Tengah Ketidakpastian Dagang dan Fiskal.

Inflasi AS melandai di bawah ekspektasi, memicu pelemahan Dolar AS.
Ketidakpastian kebijakan perdagangan dan fiskal menahan sentimen pasar meski risiko resesi menurun.
Indeks Dolar AS (DXY) tergelincir ke level 101.50 pada Selasa setelah data inflasi April menunjukkan pelemahan tekanan harga. Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0.2% secara bulanan dan 2.3% secara tahunan, keduanya di bawah ekspektasi pasar. Core CPI juga tumbuh 0.2% bulanan dan tetap di level 2.8% tahunan, menandakan bahwa inflasi inti belum menunjukkan percepatan berarti. Ini menjadi laju inflasi terendah sejak Februari 2021, mencerminkan potensi pendinginan tekanan harga pasca pandemi.
Namun, sentimen pasar tetap hati-hati. Meskipun AS dan China sepakat untuk menurunkan sebagian tarif dan menangguhkannya selama 90 hari, tarif efektif terhadap barang-barang China masih berada di atas 40% menurut Fitch. Di sisi lain, ketidakpastian meningkat setelah Presiden Trump mengumumkan rencana investasi dan pajak besar tanpa penjelasan konkret tentang dampaknya terhadap ekonomi.
Sebagian analis melihat sisi positif dari situasi ini. Goldman Sachs menurunkan proyeksi risiko resesi AS dari 45% menjadi 35%, didorong oleh inflasi yang terkendali dan sedikit meredanya tensi dagang. Namun, ketidakjelasan arah kebijakan fiskal dan komitmen dagang tetap membayangi prospek dolar dalam jangka pendek.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
Dolar Melemah Karena Inflasi di Bawah Ekspektasi
Indeks Dolar AS (DXY) turun ke level 101.50 setelah data CPI April menunjukkan inflasi yang lebih rendah dari perkiraan, dengan CPI bulanan naik 0.2% dan tahunan hanya 2.3% (terendah sejak Februari 2021), di bawah ekspektasi 2.4%.Inflasi Inti Stabil tapi Masih di Bawah Perkiraan
Inflasi inti (Core CPI), yang tidak mencakup harga makanan dan energi, naik 0.2% bulanan dan 2.8% tahunan, sama seperti bulan sebelumnya namun tetap di bawah ekspektasi pasar sebesar 0.3%.Ketidakpastian Kebijakan Perdagangan dan Fiskal AS
Sentimen pasar tetap berhati-hati karena ketidakjelasan komitmen dagang AS dengan China dan Inggris, serta rencana pajak dan investasi besar dari Trump yang belum memiliki penjelasan rinci dampaknya terhadap ekonomi.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.
Emas Bangkit Tipis, Tapi Masih Terjebak di Bayang-Bayang Inflasi dan Tarif.

Harga emas naik moderat setelah data inflasi AS lebih lemah dari ekspektasi.
Tarif dan sikap The Fed tetap menjadi hambatan utama bagi reli emas.
Harga emas mengalami pemulihan moderat pada Selasa, naik 0.42% ke sekitar $3,250 setelah penurunan tajam lebih dari 2.70% pada hari sebelumnya. Rebound ini terjadi di tengah laporan inflasi AS bulan April yang lebih lemah dari ekspektasi secara bulanan, meski data tahunan sesuai proyeksi. Namun, penguatan emas tampak terbatas, dengan level psikologis $3,300 masih menjadi hambatan utama.
Sementara itu, analis memperingatkan bahwa dampak tarif terhadap harga barang belum sepenuhnya terlihat dalam data resmi, meskipun tekanan dari kebijakan perdagangan AS-China terus membayangi. Pasar juga tetap memperkirakan Federal Reserve bersikap ketat, meskipun kontrak futures menunjukkan peluang dua kali pemangkasan suku bunga hingga akhir 2025, sesuai panduan proyeksi The Fed.
Ke depan, fokus investor beralih ke data inflasi produsen (PPI) dan penjualan ritel AS yang akan dirilis minggu ini, yang dapat memperkuat atau mengubah ekspektasi pasar terhadap arah suku bunga dan daya tarik aset lindung nilai seperti emas.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Harga Emas Rebound Setelah Koreksi Tajam
Emas diperdagangkan naik 0.42% ke sekitar $3,250 pada Selasa, setelah jatuh lebih dari 2.70% pada hari sebelumnya, menunjukkan respons teknikal atau bargain hunting di level lebih rendah.Inflasi AS Lebih Lembut dari Ekspektasi
Data CPI April menunjukkan inflasi bulanan lebih lemah dari perkiraan, sementara angka tahunan sesuai proyeksi. Ini mendukung pandangan bahwa tekanan harga belum meningkat signifikan, meski tarif masih tinggi.Efek Tarif Belum Tercermin Sepenuhnya dalam Data
Meskipun ada kesepakatan dagang AS-China, analis memperingatkan bahwa kenaikan harga akibat tarif belum sepenuhnya muncul dalam data ekonomi (“larger increases are in the pipeline”).
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Minyak Naik Tajam, Lalu Tersandung Stok AS yang Membengkak.

Kenaikan stok minyak AS 4.3 juta barel membebani reli harga.
Inflasi AS melandai, memicu harapan pelonggaran kebijakan The Fed.
Harga minyak sempat melonjak lebih dari 2.5% pada Selasa, didorong oleh penurunan sementara tarif AS-China dan laporan inflasi AS yang lebih jinak dari perkiraan. Inflasi tahunan AS sebesar 2.3%—terendah dalam empat tahun—mendorong harapan akan pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed, memberi angin segar bagi aset berisiko seperti minyak. WTI sempat mencapai $63.67 per barel, sementara Brent naik ke $66.63.
Namun, reli tersebut tertahan setelah laporan American Petroleum Institute (API) menunjukkan kenaikan mengejutkan stok minyak mentah AS sebesar 4.3 juta barel untuk pekan yang berakhir 9 Mei. Ini bertolak belakang dengan ekspektasi penurunan 2.4 juta barel dan menandai pembalikan sentimen pasar jelang rilis data resmi dari EIA. Di sisi lain, stok bensin dan distilat menurun, mengisyaratkan permintaan produk olahan masih kuat.
Sementara itu, OPEC+ meningkatkan produksi dan ekspor minyak, termasuk dari Arab Saudi ke China, yang berpotensi membatasi ruang kenaikan harga. Meski harga minyak global telah turun 22% sejak puncak Januari, harga produk olahan tetap stabil karena kapasitas kilang global yang terbatas, membuat pasar tetap waspada terhadap lonjakan harga mendadak akibat gangguan pasokan.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Stok Minyak AS Naik Tak Terduga
API melaporkan kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 4.3 juta barel untuk pekan yang berakhir 9 Mei, padahal pasar memperkirakan penurunan 2.4 juta barel. Ini mengejutkan pasar dan menekan harga WTI setelah penutupan.Harga WTI dan Brent Naik Sebelumnya
Sebelum laporan stok keluar, WTI sempat naik 2.78% ke $63.67, dan Brent naik 2.57% ke $66.63, terdorong oleh penurunan sementara tarif AS-China dan data inflasi yang jinak.Inflasi AS Mereda, Harapan Pemangkasan Suku Bunga Menguat
Data CPI AS mencatat inflasi tahunan terendah dalam 4 tahun (2.3%), membuka ruang bagi The Fed untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter, yang mendukung harga aset berisiko termasuk minyak.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS dan German hari ini yaitu:Â
German CPI (MoM) (Apr) – Indeks Harga Konsumen Jerman untuk bulan April, yang mengukur perubahan harga sekelompok barang dan jasa dibandingkan bulan sebelumnya (Month over Month).Â
Crude Oil Inventories – Laporan persediaan minyak mentah AS, dengan nilai -2.400 juta barel, menunjukkan penurunan persediaan yang lebih besar dari perkiraan -2.032 juta barel.
Dari data – data tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga OIL dan EUR.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data CPIÂ rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk EUR Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk EUR.
Data Crude Oil Inventories rilis lebih rendah dari forecast positif/optimis untuk USD Sedangkan data rilis lebih tinggi dari forecast negatif/pesimis untuk USD.
Perkiraan :
EUR
German CPI rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
OIL
Crude Oil Inventories rilis lebih rendah dari data sebelumnya