Wall Street Melemah Dipicu Lonjakan Imbal Hasil Treasury Menjelang Data Inflasi.
  • Kenaikan imbal hasil Treasury menekan minat pada saham, khususnya sektor teknologi dan saham-saham berkapitalisasi besar.
  • Kenaikan imbal hasil obligasi AS membuat dolar lebih menarik bagi investor global, yang cenderung beralih ke aset dolar.

Indeks S&P 500 ditutup melemah pada hari Selasa, terhenti dari reli sebelumnya akibat lonjakan imbal hasil Treasury, satu hari menjelang rilis data inflasi terbaru yang dinanti pasar.

Lonjakan Imbal Hasil Treasury Jelang Data CPI dan Pernyataan Fed
Imbal hasil Treasury melonjak pada hari Selasa, dengan imbal hasil Treasury 10-tahun naik 9 basis poin karena investor semakin berhati-hati menjelang rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) pada Rabu. Inflasi diperkirakan stabil pada Oktober, tetapi adanya peningkatan dapat menunda rencana Federal Reserve untuk pemangkasan suku bunga berikutnya.

Pekan lalu, The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin dan menegaskan akan mempertimbangkan data dalam setiap keputusan berikutnya. Namun, inflasi yang masih tinggi menimbulkan keraguan tentang seberapa jauh suku bunga bisa diturunkan. Menurut CME FedWatch, pelaku pasar memperkirakan 70,7% kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember, dan 29,3% kemungkinan suku bunga akan bertahan.

Selain data inflasi, pasar minggu ini juga menantikan pernyataan beberapa pejabat Federal Reserve untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk mengenai rencana suku bunga.

Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, mengatakan bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat, namun Fed siap menghadapi risiko ekonomi jika diperlukan. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, tetap menguat di sesi perdagangan AS pada hari Selasa. Optimisme akan pemangkasan suku bunga tambahan mereda, sementara rilis data utama AS dalam beberapa minggu ke depan, termasuk CPI dan Penjualan Ritel, akan membantu memproyeksikan arah kebijakan moneter.

DXY diperkirakan akan terus menguat, didorong oleh fundamental ekonomi AS yang kuat. Data inflasi dan Penjualan Ritel mendatang diprediksi memperkuat posisi dolar AS. Meski ada aksi ambil untung dan perbaikan dalam kondisi ketenagakerjaan, Fed tetap optimis dengan prospek ekonomi, sementara tren penguatan dolar AS tetap berlanjut.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Bullish karena Kenaikan Imbal Hasil Treasury: Kenaikan imbal hasil obligasi AS membuat dolar lebih menarik bagi investor global, yang cenderung beralih ke aset dolar yang dianggap lebih aman dan memberikan imbal hasil yang kompetitif dibandingkan mata uang lainnya.

  • Dukungan dari Fundamental Ekonomi AS: Data ekonomi yang kuat, termasuk laporan ketenagakerjaan dan penjualan ritel yang positif, memperkuat pandangan bullish terhadap dolar AS. 

  • Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga yang Berkurang: Ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed berkurang akibat inflasi yang bertahan tinggi.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.

Analisis Pengaruh Terhadap indeks saham AS.

  • Bearish di Tengah Kenaikan Imbal Hasil Treasury: Kenaikan imbal hasil Treasury menekan minat pada saham, khususnya sektor teknologi dan saham-saham berkapitalisasi besar.

  • Ketidakpastian Terkait Data Inflasi dan Kebijakan Fed: Data inflasi yang akan dirilis memengaruhi ekspektasi investor terhadap kebijakan suku bunga Fed.

  • Prospek Pertumbuhan Ekonomi yang Resilien: Ekonomi AS yang tetap tangguh memberikan beberapa dukungan bagi pasar saham.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.

Harga Emas Merosot di Tengah Penguatan Dolar AS dan Kenaikan Imbal Hasil Treasury.
  • Kenaikan Dolar AS dan imbal hasil Treasury yang lebih tinggi terus membebani harga emas, dengan XAU/USD turun ke level terendah dalam beberapa bulan terakhir.
  • Penunjukan kabinet awal oleh Trump, termasuk posisi yang dipegang oleh tokoh berhaluan keras terhadap China, mengisyaratkan potensi pemberlakuan tarif, yang dapat memengaruhi sentimen pasar global.

Harga emas terpantau jatuh di bawah $2.600 pada hari Selasa, pertama kali sejak pertengahan September, seiring dengan penguatan Dolar AS dan kenaikan imbal hasil Treasury yang menekan logam mulia tersebut. Berdasarkan Indeks Dolar AS (DXY), Greenback mencapai posisi tertinggi dalam enam bulan, sementara imbal hasil Treasury AS yang meningkat semakin membebani harga emas. Pada saat penulisan, pasangan XAU/USD diperdagangkan pada $2.599, mengalami penurunan sebesar 0,77%.

Kemenangan mantan Presiden AS Donald Trump menjadi perhatian investor, terutama terkait kebijakan dan penunjukan kabinet yang dapat memengaruhi kebijakan ekonomi. Dilaporkan bahwa Mike Waltz akan menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional dan Marco Rubio sebagai Menteri Luar Negeri, keduanya dikenal karena sikap keras terhadap China, yang mengisyaratkan kemungkinan pemberlakuan tarif baru.

Selain itu, pelaku pasar memperkirakan bahwa Federal Reserve (Fed) tidak akan terlalu dovish, dengan proyeksi kenaikan suku bunga terminal sekitar 3,99%. Data CME FedWatch menunjukkan bahwa peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan Desember telah turun dari 65% menjadi 58%.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Penguatan Dolar AS: Dolar AS yang menguat secara signifikan, didukung oleh Indeks Dolar AS (DXY) yang mencapai level tertinggi dalam enam bulan, memberikan tekanan pada harga emas.

  • Kenaikan Imbal Hasil Treasury AS: Peningkatan imbal hasil obligasi AS membuat investasi di aset berbunga lebih menarik dibandingkan emas.

  • Antisipasi Kebijakan Federal Reserve: Pasar memperkirakan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi dalam waktu lebih lama, tanpa sikap dovish yang kuat. 

Secara keseluruhan berpengaruh positif untuk harga emas melemah.

Harga Minyak Stabil Dekat Level Terendah Dua Minggu Akibat Revisi OPEC dan Penguatan Dolar AS.

  • OPEC memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 dan 2025 karena permintaan yang lebih lemah, terutama dari China, yang diprediksi tetap lamban meskipun ada stimulus baru dari pemerintah China.
  • Dolar AS yang kuat menekan harga minyak lebih jauh, didukung oleh ekspektasi pasar terhadap perdagangan AS yang diuntungkan setelah kemenangan Trump, yang menguatkan minat investor pada dolar.

Harga minyak bertahan di dekat level terendah dalam dua minggu pada hari Selasa, setelah sebelumnya melemah sekitar 5% selama dua sesi terakhir. Pelemahan ini disebabkan oleh revisi ke bawah OPEC untuk proyeksi permintaan minyak global, penguatan dolar AS, dan kurangnya respons pasar terhadap rencana stimulus China.

Harga minyak mentah Brent tercatat naik 6 sen atau 0,1% ke $71,89 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS naik 8 sen atau 0,1% menjadi $68,12. Pada Senin, kedua patokan harga minyak tersebut ditutup pada level terendah sejak 29 Oktober.

OPEC kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 dan 2025, yang menandai revisi keempat berturut-turut dalam perkiraan permintaan minyak. Penurunan proyeksi ini mencerminkan perlambatan yang terus berlanjut di pasar minyak global. Sementara itu, penguatan dolar AS ke level tertinggi empat bulan memberikan tekanan tambahan pada harga minyak, memperkuat daya tarik dolar di tengah pasar global.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Revisi Turun Proyeksi Permintaan OPEC: OPEC baru-baru ini menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024 dan 2025. 

  • Stimulus China yang Kurang Berdampak: Meskipun China telah mengumumkan paket stimulus untuk merangsang pertumbuhan ekonominya, langkah ini dinilai tidak cukup kuat untuk mendorong peningkatan permintaan minyak yang signifikan.

  • Penguatan Dolar AS: Penguatan dolar AS, yang mencapai level tertinggi empat bulan, menambah tekanan pada harga minyak.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu: 

CPI (Consumer Price Index) adalah data ekonomi yang menunjukkan perubahan harga barang dan jasa atau inflasi.

Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data CPI rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk USD.

Perkiraan :

Data Core CPI (MoM) (Oct) rilis sesuai dengan data sebelumnya.

Data CPI (MoM) (Oct) rilis sesuai dengan data sebelumnya.

Data CPI (YoY) (Oct) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.

Share on: