- Investor menantikan data inflasi AS (CPI) bulan Oktober yang akan memengaruhi prospek kebijakan suku bunga Federal Reserve.
- Saham sektor perbankan dan Tesla Inc melonjak karena ekspektasi regulasi yang lebih longgar dalam pemerintahan Trump kedua.
Dow Jones Industrial Average mencatatkan kenaikan signifikan pada Senin, ditutup di atas level 44.000 untuk pertama kalinya di tengah sentimen positif menjelang rilis data inflasi AS dan sejumlah pidato pejabat Federal Reserve. Dow naik 304 poin, atau 0,7%, mencapai rekor tertinggi 44.293,13. Di samping itu, indeks S&P 500 dan NASDAQ Composite 100 Futures turut menguat masing-masing sebesar 0,1%.
Fokus investor kini tertuju pada laporan indeks harga konsumen (CPI) bulan Oktober yang akan diumumkan pekan ini. Data tersebut diharapkan memberikan sinyal mengenai laju inflasi, yang akan memengaruhi kebijakan suku bunga Fed di masa depan. Pasar juga mencermati potensi penurunan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin pada Desember.
Di sisi lain, sektor perbankan mengalami peningkatan signifikan di tengah optimisme bahwa terpilihnya Donald Trump untuk periode kedua akan mendorong pelonggaran regulasi. Saham Tesla Inc juga terus naik, dengan keuntungan mingguan sebesar 29%, seiring spekulasi bahwa kemitraan erat antara Elon Musk dan Trump dapat memberi dampak positif bagi produsen kendaraan listrik tersebut. Dolar AS (DXY) turut menguat pada hari Senin, didorong oleh data ekonomi yang positif.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
Data Inflasi dan Kebijakan Suku Bunga Federal Reserve: Jika data inflasi (seperti CPI) menunjukkan penurunan, ekspektasi pasar untuk pelonggaran suku bunga oleh Federal Reserve dapat meningkat. Hal ini cenderung membebani dolar AS karena suku bunga yang lebih rendah membuat dolar kurang menarik bagi investor.
Kinerja Ekonomi AS: Ekonomi AS yang kuat, seperti data ketenagakerjaan yang positif atau pertumbuhan GDP yang tinggi, cenderung mendukung dolar. Hal ini menunjukkan ketahanan ekonomi dan dapat mengurangi kebutuhan untuk pelonggaran moneter lebih lanjut.
Prospek Pemilihan Presiden dan Kebijakan Pemerintah AS: Prediksi bahwa Donald Trump dapat terpilih kembali mendukung ekspektasi kebijakan pro-bisnis, yang dapat mendukung dolar jika pasar percaya bahwa kebijakan tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.
Analisis Pengaruh Terhadap indeks saham AS.
Data Inflasi dan Suku Bunga Federal Reserve: Investor saat ini menantikan data inflasi, khususnya CPI, untuk melihat apakah ada tanda-tanda pelonggaran inflasi. Data ini akan menjadi sinyal apakah Fed akan melanjutkan penurunan suku bunga atau mempertahankan kebijakan yang ada.
Kinerja Ekonomi dan Kondisi Pasar Tenaga Kerja: Ekonomi AS yang kuat dan pasar tenaga kerja yang tetap solid memberikan dorongan bagi saham karena mengindikasikan daya beli konsumen dan stabilitas ekonomi.
Pandangan Konsumen dan Keyakinan Investor: Data seperti indeks keyakinan konsumen dan kepercayaan bisnis dapat menjadi indikasi bagaimana masyarakat dan bisnis memandang prospek ekonomi ke depan.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.
- Penguatan dolar AS membebani harga emas, di tengah kekhawatiran bahwa kebijakan fiskal pemerintahan Trump akan memperburuk ketegangan perdagangan dan memicu inflasi.
- Ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Fed mulai menurun, yang berpotensi memperkuat dolar lebih lanjut dan memberikan tekanan pada logam mulia seperti emas.
Harga emas turun signifikan lebih dari 2,5% pada hari Senin karena dolar AS mencapai titik tertinggi dalam empat bulan. Emas, yang diperdagangkan pada $2.611 setelah menyentuh $2.686 di awal sesi, melemah akibat ekspektasi bahwa kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden dapat memperburuk ketegangan perdagangan, mendorong penguatan dolar.
Indeks Dolar AS (DXY) naik 0,60% menjadi 105,57. Di sisi lain, pasar saham AS berfluktuasi meskipun mencapai rekor tertinggi. Sementara itu, berita dari Bloomberg melaporkan peringatan dari Blackrock dan JPMorgan bahwa penjualan obligasi AS masih akan berlanjut. Para pelaku pasar mengkhawatirkan bahwa kebijakan fiskal Trump dapat memicu inflasi dan memperlebar defisit anggaran, di saat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve mulai menurun.
Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember, meskipun probabilitasnya turun menjadi 65% dari sebelumnya 80% pekan lalu. Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, juga menyatakan bahwa jika ekonomi tetap kuat, Fed mungkin menahan diri dari pelonggaran lebih lanjut. Pasar pun akan mencermati data inflasi konsumen dan produsen, serta Penjualan Ritel, sebagai penentu arah emas minggu ini.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
Penguatan Dolar AS: Dolar yang lebih kuat biasanya menekan harga emas karena emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Kebijakan Federal Reserve: Meskipun ada peluang Fed akan menurunkan suku bunga, probabilitasnya berkurang dari pekan lalu, menandakan sikap hati-hati Fed dalam pelonggaran kebijakan.
Peringatan dari Lembaga Keuangan Besar: Laporan dari Blackrock dan JPMorgan yang memperingatkan penjualan obligasi AS “masih jauh dari selesai” menunjukkan bahwa pasar mungkin mengantisipasi inflasi dan defisit yang lebih tinggi ke depan.
Secara keseluruhan berpengaruh positif untuk harga emas melemah.
Harga Minyak Anjlok karena Stimulus China Mengecewakan dan Badai di Teluk Meksiko Mereda.
- Stimulus China yang lebih terfokus pada utang pemerintah daerah dan minim insentif konsumsi membuat harga minyak tertekan, sementara data deflasi di China menambah kekhawatiran pasar akan lemahnya permintaan.
- Meredanya ancaman badai Rafael terhadap produksi minyak AS turut mengurangi kekhawatiran pasokan, sehingga menambah tekanan penurunan pada harga minyak.
Harga minyak mengalami penurunan tajam pada Senin setelah kebijakan stimulus fiskal China, yang diharapkan mendorong konsumsi, tidak memberikan dampak signifikan. Di sisi lain, kekhawatiran atas gangguan produksi minyak di Teluk Meksiko mulai berkurang seiring melemahnya Badai Rafael.
Pada pukul 2.30 siang ET (1930 GMT), minyak mentah Brent turun 2,7% ke $71,91 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) merosot 3,3% menjadi $68,04 per barel.
Stimulus China Mengecewakan Pasar
Harga minyak mulai tertekan sejak Jumat setelah pemerintah China mengumumkan paket stimulus senilai 10 triliun yuan ($1,4 triliun) yang lebih banyak ditujukan untuk mengurangi utang pemerintah daerah, tetapi tidak menyasar konsumsi swasta. Ketidakpuasan investor meningkat karena laporan akhir pekan menunjukkan bahwa ekonomi China masih mengalami deflasi.
Para analis di ANZ menyebutkan bahwa pendekatan China yang konservatif mungkin dipengaruhi oleh kekhawatiran terkait kebijakan perdagangan AS di bawah Presiden Donald Trump, yang berencana menaikkan tarif terhadap China. Sementara itu, inflasi konsumen dan produsen di China tetap menunjukkan tren negatif.
Gangguan Pasokan AS Mereda Setelah Badai Rafael Melemah
Badai Rafael, yang sebelumnya mengancam produksi minyak AS di Teluk Meksiko, melemah menjadi badai tropis dan diperkirakan berdampak minim pada pasokan. Chevron telah mulai mengembalikan personel dan melanjutkan produksi di beberapa platform di Teluk yang sebelumnya sempat ditutup.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Stimulus Fiskal China yang Mengecewakan: China sebagai importir utama minyak mengumumkan paket stimulus besar yang sebagian besar difokuskan pada pengurangan utang pemerintah daerah, tetapi tidak mencakup insentif yang cukup untuk mendorong konsumsi swasta. Hal ini membuat pasar khawatir permintaan minyak dari China mungkin tetap lemah.
Data Ekonomi China yang Lemah: Data inflasi konsumen dan produsen China menunjukkan tren deflasi, yang menandakan lemahnya permintaan dalam negeri.
Meredanya Kekhawatiran Pasokan AS Akibat Badai Rafael: Badai Rafael, yang awalnya mengancam produksi minyak di Teluk Meksiko, telah melemah dan kini diperkirakan tidak akan mengganggu pasokan secara signifikan.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari German hari ini yaitu:
German CPI (MoM) (Oct) adalah data ekonomi yang menunjukkan perubahan Indeks Harga Konsumen (CPI) atau untuk mengukur tingkat inflasi di Jerman pada bulan Oktober.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga EUR.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Data German CPI (MoM) (Oct) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk EUR. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk EUR.
Perkiraan :
Data German CPI (MoM) (Oct) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.