S&P 500 Naik Tipis, Powell Tegaskan Tidak Ada Urgensi Pemangkasan Suku Bunga.

- Ketua Federal Reserve menegaskan bahwa suku bunga akan tetap stabil kecuali terjadi perubahan signifikan dalam inflasi atau pasar tenaga kerja, yang mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga pada Maret.
- Trump menandatangani tarif 25% pada impor baja dan aluminium tanpa pengecualian, serta mengisyaratkan tarif tambahan untuk sektor otomotif, chip, dan farmasi, meningkatkan kekhawatiran investor terhadap ketegangan perdagangan global.
S&P 500 menguat tipis pada hari Selasa setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru memangkas suku bunga, meskipun pasar tetap berhati-hati terkait kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Pada pukul 4:00 sore ET (21:00 GMT), Dow Jones Industrial Average naik 123 poin (0,3%), indeks S&P 500 naik 0,1%, sementara NASDAQ Composite turun 0,4%. Powell menegaskan bahwa kebijakan moneter sudah cukup longgar dan perekonomian tetap kuat, sehingga tidak ada urgensi untuk menyesuaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Pernyataan Powell memicu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah karena ekspektasi pemangkasan suku bunga pada pertemuan Maret semakin berkurang. Selain itu, Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan tarif 25% pada impor baja dan aluminium tanpa pengecualian, meskipun beberapa negara seperti Kanada, Meksiko, dan Brasil sebelumnya mendapat perlakuan khusus. Trump juga mengisyaratkan potensi tarif tambahan untuk sektor otomotif, chip, dan farmasi, yang meningkatkan kekhawatiran investor terhadap ketegangan perdagangan global.
Dolar AS melemah setelah kesaksian Powell yang menekankan pendekatan berbasis data, yang mengindikasikan bahwa suku bunga akan tetap stabil kecuali terjadi perubahan signifikan dalam inflasi atau pasar tenaga kerja. Indeks Dolar AS (DXY) turun untuk hari kedua, sementara imbal hasil obligasi AS 10-tahun naik menuju 4,55%, menandakan kekhawatiran pasar terhadap defisit fiskal dan ekspektasi inflasi. Sementara itu, pasar ekuitas relatif datar karena investor mencerna sikap hati-hati Powell serta potensi dampak kebijakan tarif Trump terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:
- Kesaksian Powell yang Hati-Hati: Powell menegaskan bahwa Fed tidak terburu-buru memangkas suku bunga, tetapi pendekatan berbasis data membuat pasar memperkirakan suku bunga tetap stabil dalam waktu dekat. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dan sedikit melemahkan dolar.
- Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Berkurang: Imbal hasil obligasi naik karena peluang pemangkasan suku bunga pada Maret semakin kecil, tetapi pasar tetap mempertimbangkan kemungkinan pelonggaran moneter di paruh kedua 2024.
- Ketegangan Perdagangan Akibat Tarif Trump: Tarif baru pada baja dan aluminium meningkatkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global, yang dapat berdampak negatif pada permintaan dolar sebagai aset safe haven.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
- Sikap Hati-Hati Powell: Ketua Fed menegaskan bahwa tidak ada urgensi untuk memangkas suku bunga, yang mengurangi harapan pelonggaran moneter dalam waktu dekat. Ini dapat membatasi potensi kenaikan saham.
- Ketegangan Perdagangan akibat Tarif Trump: Tarif baru pada baja dan aluminium meningkatkan ketidakpastian ekonomi global dan dapat membebani sektor industri serta manufaktur, memberikan tekanan pada pasar saham.
- Reaksi Campuran di Wall Street: S&P 500 hanya naik tipis (+0,1%), Dow Jones menguat (+0,3%), sementara NASDAQ melemah (-0,4%), menunjukkan investor masih berhati-hati dalam merespons kebijakan Fed dan kebijakan perdagangan.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.
Harga Emas Turun Setelah Mencapai Rekor, Pasar Menanti Kejelasan Kebijakan Fed.

- Kenaikan akibat ketegangan perdagangan berkurang karena aksi ambil untung menjelang kesaksian Powell.
- Powell menegaskan bahwa inflasi masih di atas target dan tidak terburu-buru memangkas suku bunga, mengurangi ekspektasi pelonggaran moneter.
Harga emas melemah selama sesi perdagangan Amerika Utara pada hari Selasa, turun 0,18% setelah sempat menyentuh rekor tertinggi $2.942. Ketegangan perang dagang akibat tarif baru Presiden AS Donald Trump mendorong kenaikan awal harga emas, tetapi aksi ambil untung menjelang kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyebabkan harga kembali mendekati $2.900. Powell menegaskan bahwa Fed tidak terburu-buru memangkas suku bunga karena inflasi masih di atas target 2% dan pasar tenaga kerja tetap kuat.
Reaksi pasar terhadap kesaksian Powell membuat investor lebih berhati-hati, dengan optimisme terhadap pemangkasan suku bunga berkurang. Data ekonomi menunjukkan Indeks Optimisme Usaha Kecil NFIB turun menjadi 102,8 pada Januari dari 105,1 di Desember, menandakan perlambatan keyakinan bisnis. Sementara itu, dilansir dari fxstreet Presiden Fed New York John Williams menyatakan pertumbuhan ekonomi AS tetap stabil, dengan perkiraan inflasi sekitar 2,5% tahun ini sebelum kembali ke target 2% dalam beberapa tahun mendatang.
Investor kini menantikan data inflasi AS yang akan dirilis minggu ini serta pernyataan lebih lanjut dari pejabat Fed. Dengan kebijakan moneter yang masih cenderung ketat, pasar emas akan terus dipengaruhi oleh arah kebijakan The Fed dan ketidakpastian ekonomi global. Jika tekanan inflasi bertahan, ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut dapat semakin melemah, membatasi potensi kenaikan harga emas dalam waktu dekat.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Aksi Ambil Untung Setelah Rekor Tertinggi: Harga emas sempat mencapai level tertinggi $2.942 tetapi kemudian turun karena aksi profit-taking investor, menandakan resistensi kuat di level tersebut.
- Powell Meredam Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga: Ketua Fed menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru memangkas suku bunga karena inflasi masih di atas target 2%, yang mengurangi daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
- Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS: Imbal hasil obligasi AS meningkat setelah pernyataan Powell, yang membuat aset tanpa imbal hasil seperti emas menjadi kurang menarik.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas melemah.
Minyak Naik ke Level Tertinggi dalam Dua Minggu di Tengah Ketegangan Pasokan.

- Pembatasan AS terhadap ekspor minyak Rusia dan Iran, serta ancaman konflik di Timur Tengah, memperketat pasokan global.
- Kekhawatiran tarif perdagangan dan sikap hati-hati Federal Reserve terhadap suku bunga dapat membatasi prospek permintaan minyak.
Harga minyak mentah naik untuk hari ketiga berturut-turut pada Selasa, mencapai level tertinggi dalam dua minggu. Kenaikan ini didorong oleh sanksi AS terhadap ekspor minyak Rusia dan Iran, serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Brent naik 1,5% ke $77,00 per barel, sementara WTI naik 1,4% ke $73,32. Namun, kekhawatiran mengenai dampak tarif perdagangan AS terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi global membatasi kenaikan lebih lanjut.
Sanksi AS yang diperketat telah mengganggu pengiriman minyak Rusia ke China dan India, sementara pembatasan terhadap jaringan pengiriman minyak Iran semakin memperketat pasokan. Ketegangan di Timur Tengah juga menambah kekhawatiran pasar, dengan ancaman Israel terhadap Hamas yang dapat mengganggu stabilitas di kawasan kaya minyak. Selain itu, pernyataan Presiden Donald Trump mengenai potensi tarif lebih tinggi pada impor baja dan aluminium memicu kecemasan mengenai dampak perdagangan global terhadap permintaan energi.
Di sisi kebijakan moneter, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa Fed tetap berhati-hati dalam menyesuaikan suku bunga, menekankan bahwa inflasi masih di atas target 2%. Pasar kini menanti data stok minyak AS dari American Petroleum Institute dan laporan resmi EIA, dengan ekspektasi peningkatan persediaan minyak selama tiga minggu berturut-turut. Jika angka ini dikonfirmasi, kenaikan stok dapat membatasi reli harga minyak dalam beberapa hari mendatang.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
- Ketegangan Geopolitik: Meningkatnya konflik di Timur Tengah dan sanksi terhadap Rusia dan Iran memperketat pasokan minyak global.
- Sanksi AS terhadap Ekspor Minyak Rusia & Iran: Pembatasan ini mengganggu aliran minyak ke China dan India, mendukung kenaikan harga.
- Dampak Tarif Perdagangan AS: Kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mengurangi permintaan energi.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak beragam.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu:
CPI adalah data yang mengukur tingkat inflasi konsumen dibulan sebelumnya.
Fed Chair Powell Testifies adalah testimoni atau kesaksian yang diberikan oleh Ketua Federal Reserve (saat ini Jerome Powell) di hadapan Kongres AS, biasanya di hadapan Senate Banking Committee atau House Financial Services Committee. Powell memberikan pembaruan tentang kebijakan suku bunga, inflasi, dan kondisi ekonomi AS. Penjelasan Keputusan The Fed, menjelaskan alasan di balik keputusan suku bunga dan kebijakan moneter lainnya.
Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
- Nada Hawkish (menunjukkan suku bunga tetap tinggi atau dinaikkan) → USD menguat, emas turun, saham bisa melemah.
- Nada Dovish (menunjukkan kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih cepat) → USD melemah, emas naik, saham bisa menguat.
Perkiraan :
Data Core CPI (MoM) (Jan) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.
Data CPI (MoM) (Jan) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.
Data CPI (YoY) (Jan) rilis sesuai dengan data sebelumnya.