Wall Street Ditutup Menguat Meski Sentimen Mingguan Masih Negatif.

- Kekhawatiran tarif AS-Kanada dan sanksi energi Rusia meningkatkan ketidakpastian pasar.
- Data ketenagakerjaan AS yang lemah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan menunda kenaikan suku bunga.
Indeks saham utama AS ditutup menguat pada perdagangan Jumat (8/3), meskipun masih mencatatkan pelemahan sepanjang minggu. S&P 500 naik 0,5%, Dow Jones Industrial Average bertambah 222 poin, dan NASDAQ Composite menguat 0,7%. Kenaikan ini terjadi setelah indeks memangkas kerugian intraday, di tengah kekhawatiran investor terkait ketidakpastian perdagangan dan data ketenagakerjaan yang lemah.
Sentimen pasar tertekan oleh potensi tarif timbal balik terhadap Kanada yang dapat diberlakukan lebih cepat dari jadwal. Selain itu, Gedung Putih tengah mempertimbangkan pelonggaran sanksi energi terhadap Rusia guna mendorong gencatan senjata di Ukraina, yang menambah ketidakpastian geopolitik. Kebijakan tarif ini dikhawatirkan akan berdampak negatif pada belanja konsumen dan keputusan bisnis.
Data ketenagakerjaan AS menunjukkan penambahan lapangan kerja hanya 151.000 pada Februari, lebih rendah dari ekspektasi 159.000, dengan tingkat pengangguran naik menjadi 4,1%. Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral akan mengambil pendekatan sabar terhadap suku bunga, menunggu kejelasan lebih lanjut terkait prospek ekonomi sebelum menyesuaikan kebijakan moneter.
Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:
- Data Ketenagakerjaan AS yang Lemah: Penambahan lapangan kerja di bawah ekspektasi dan kenaikan tingkat pengangguran meningkatkan kekhawatiran perlambatan ekonomi.
- Ketidakpastian Perdagangan: Ancaman tarif timbal balik terhadap Kanada dan perubahan kebijakan tarif yang tidak menentu membuat investor cemas.
- Volatilitas Pasar: Kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Gedung Putih akan menekan belanja konsumen dan keputusan bisnis.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.
Harga Emas Turun di Tengah Penguatan Dolar dan Meredanya Ketegangan Geopolitik.

- Tekanan Dolar AS dan Kebijakan Fed: Penguatan dolar AS dan kebijakan suku bunga tinggi menekan harga emas.
- Pembelian Bank Sentral: Permintaan emas tetap tinggi didorong oleh aksi beli bank sentral global.
Harga emas melemah pada Jumat (8/3) setelah dolar AS mengurangi kerugiannya dan imbal hasil obligasi AS pulih usai rilis laporan Nonfarm Payrolls (NFP) Februari. XAU/USD diperdagangkan di $2.907, turun 0,11%. Data menunjukkan peningkatan lapangan kerja meskipun di bawah ekspektasi, sementara tingkat pengangguran tetap stabil.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru menurunkan suku bunga dan menekankan pentingnya menekan inflasi ke target 2%. Pernyataan ini memperkuat prospek kebijakan moneter ketat, menekan daya tarik emas. Meredanya ketegangan geopolitik terkait potensi gencatan senjata Ukraina-Rusia juga menahan permintaan aset safe haven.
Namun, pembelian emas oleh bank sentral, terutama Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) dan Bank Nasional Polandia, mendukung permintaan global. PBoC menambah 10 ton emas dalam dua bulan pertama 2025, sementara Polandia meningkatkan cadangannya sebesar 29 ton, pembelian terbesar sejak 2019.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:
- Kebijakan Fed Stabil: Ketua Fed Jerome Powell menegaskan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga, menunggu inflasi turun ke target 2%.
- Meredanya Ketegangan Geopolitik: Potensi gencatan senjata Ukraina-Rusia membatasi kenaikan harga emas sebagai aset safe haven.
- Pembelian Emas oleh Bank Sentral: PBoC dan Bank Nasional Polandia aktif membeli emas, mendukung permintaan global.
Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.
Harga Minyak Terombang-ambing: Ancaman Sanksi AS vs. Kelebihan Pasokan Global.

- Ancaman sanksi AS terhadap Rusia mendukung kenaikan harga minyak, tetapi dibatasi oleh kekhawatiran kelebihan pasokan.
- Ketidakpastian kebijakan perdagangan AS dan peningkatan persediaan minyak AS menekan prospek harga minyak ke depan.
Harga minyak naik pada hari Jumat setelah Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan sanksi terhadap Rusia jika negara tersebut gagal mencapai gencatan senjata dengan Ukraina. Ancaman ini mendorong harga minyak mentah Brent naik 1,58% menjadi $70,56 per barel, sementara WTI naik 1,6% menjadi $67,42. Namun, kenaikan ini dibatasi oleh kekhawatiran kelebihan pasokan global dan ketidakpastian kebijakan perdagangan AS.
Kenaikan harga minyak sempat didorong oleh pernyataan Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak yang menyebutkan bahwa OPEC+ berencana melanjutkan peningkatan produksi pada April. Meski demikian, Novak menambahkan bahwa OPEC+ mungkin mempertimbangkan pemangkasan produksi jika kondisi pasar memburuk, memberikan sinyal kehati-hatian bagi pasar.
Sementara itu, pasar global masih diliputi ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan AS, termasuk penundaan tarif pada Kanada dan Meksiko. Peningkatan persediaan minyak mentah AS dan ketidakpastian prospek ekonomi AS semakin membebani harga minyak, membuat pasar tetap waspada terhadap potensi tekanan turun lebih lanjut.
Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:
Ancaman Sanksi AS terhadap Rusia:
Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan sanksi terhadap bank-bank Rusia dan tarif pada produk Rusia jika Rusia gagal mencapai gencatan senjata dengan Ukraina, yang mendorong kenaikan harga minyak.Kenaikan Harga Minyak:
Harga minyak mentah Brent naik 1,58% menjadi $70,56 per barel, sementara WTI naik 1,6% menjadi $67,42, meskipun masih mencatat penurunan mingguan terbesar sejak November.Kebijakan OPEC+:
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyebutkan OPEC+ akan melanjutkan peningkatan produksi pada bulan April, tetapi mungkin mempertimbangkan pengurangan produksi jika kondisi pasar memburuk.
Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak melemah.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Tidak ada laporan data ekonomi hari ini sebagai pendorong harga yang besar dan adanya perubahan sentimen pasar untuk pasar komoditas, forex dan indeks saham AS.