Dolar AS Stabil di Tengah Data NFP Lemah, tetapi Ekspektasi Suku Bunga Tetap Tinggi.

  • Ekspektasi inflasi yang meningkat dan suku bunga tinggi menopang dolar AS.
  • Pasar tenaga kerja tetap solid meskipun pertumbuhan lapangan kerja melambat.

Indeks Dolar AS (DXY) bertahan di level 107,73 setelah laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih lemah dari perkiraan. Data NFP Januari hanya mencatat 143.000 pekerjaan baru, jauh di bawah 256.000 pada Desember dan meleset dari konsensus 170.000. Meskipun demikian, tingkat pengangguran turun menjadi 4% dari 4,1%, menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja dan mengurangi kemungkinan pemotongan suku bunga dalam waktu dekat.

Ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed mulai bergeser setelah laporan ini. Macquarie kini memperkirakan tidak ada pemangkasan suku bunga pada 2025, berbeda dari prediksi sebelumnya yang mengantisipasi satu pemotongan 25 bps pada Maret atau Mei. Selain itu, ekspektasi inflasi meningkat tajam, dengan survei Universitas Michigan menunjukkan lonjakan dari 3,3% ke 4,3%, tertinggi sejak November 2023. Kenaikan ini berpotensi membuat The Fed tetap hawkish, yang dapat menopang dolar AS.

Di sisi lain, kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump kembali menjadi sorotan setelah ia menegaskan keinginannya untuk mengatasi defisit perdagangan AS dengan Jepang yang mencapai $65 miliar per tahun. Trump juga menyatakan kesediaannya untuk mengizinkan akuisisi US Steel oleh Nippon Steel, yang memicu reaksi beragam di pasar. Ketidakpastian kebijakan perdagangan ini dapat menciptakan volatilitas bagi dolar AS, meskipun prospek suku bunga yang tetap tinggi cenderung mendukung penguatan DXY.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Data Nonfarm Payrolls (NFP) di bawah ekspektasi: NFP Januari mencapai 143.000, lebih rendah dari konsensus 170.000 dan jauh di bawah 256.000 bulan sebelumnya.

  • Ekspektasi suku bunga The Fed berubah: Macquarie memperkirakan tidak ada pemotongan suku bunga pada 2025 setelah data tenaga kerja menunjukkan kekuatan ekonomi.

  • Tingkat pengangguran menurun ke 4%: Ini mengindikasikan pasar tenaga kerja tetap kuat, yang dapat memperlambat ekspektasi pemotongan suku bunga.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.

Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:

  • S&P 500 dan Nasdaq jatuh tajam: Indeks S&P 500 turun 0,9%, Nasdaq anjlok 1,4%, dan Dow Jones melemah 1% karena laporan pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan serta kenaikan ekspektasi inflasi.

  • Ancaman tarif baru Trump memicu kekhawatiran perang dagang: Presiden Donald Trump mengumumkan rencana tarif timbal balik pada barang impor, meningkatkan ketidakpastian perdagangan global dan membebani sentimen pasar.

  • Ekspektasi inflasi melonjak: Survei Universitas Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi satu tahun naik ke 4,3% dari 3,3%, level tertinggi sejak 2023, menambah tekanan bagi The Fed untuk menahan pemangkasan suku bunga.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.

Emas Menguat di Tengah Ketegangan Perang Dagang dan Data Ketenagakerjaan AS.

  • Ketegangan perdagangan AS-Tiongkok meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven.
  • Data ketenagakerjaan AS yang beragam mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga agresif oleh The Fed.

Harga emas melanjutkan kenaikannya pada hari Jumat, diperdagangkan di sekitar $2.862 per troy ounce, naik 0,24%. Sentimen pasar terdorong oleh meningkatnya ketegangan perdagangan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana tarif timbal balik terhadap beberapa negara. Ketidakpastian ini meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven, terutama menjelang akhir pekan yang diprediksi penuh dengan volatilitas geopolitik.

Sementara itu, laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan hasil beragam. Nonfarm Payrolls (NFP) bulan Januari hanya bertambah 143.000, lebih rendah dari perkiraan 170.000, namun tingkat pengangguran turun menjadi 4,0% dari 4,1%. Data ini menunjukkan pasar tenaga kerja masih cukup kuat, yang dapat mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat. Meskipun harga emas sempat melonjak ke $2.886 setelah rilis data, logam mulia ini kembali turun ke level sebelumnya seiring stabilnya pasar.

Di sisi lain, dilansir dari fxstreet Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) terus menambah cadangan emasnya, yang kini meningkat dari 73,29 juta ons menjadi 73,65 juta ons. Selain itu, pejabat The Fed memberikan sinyal kebijakan moneter yang lebih hati-hati, dengan menyebutkan bahwa meskipun suku bunga kemungkinan akan turun, laju pemotongan akan lebih lambat dan penuh ketidakpastian. Indeks Dolar AS (DXY) yang naik 0,32% serta kenaikan imbal hasil Treasury AS menjadi 4,487% memberikan tekanan terhadap pergerakan emas di tengah ekspektasi pasar yang terus berubah.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Tekanan dari Imbal Hasil Obligasi AS: Rebound imbal hasil Treasury AS membatasi kenaikan emas karena meningkatkan daya tarik aset berbunga dibandingkan emas yang tidak memberikan imbal hasil. Dolar AS stabil, tetapi tidak cukup kuat untuk menekan emas secara signifikan.

  • Aksi Ambil Untung & Ketidakpastian NFP: Investor melakukan profit-taking setelah kenaikan sebelumnya, menjelang rilis data Nonfarm Payrolls (NFP) yang dapat memicu volatilitas harga. Jika NFP lebih kuat dari perkiraan, emas bisa tertekan lebih lanjut karena ekspektasi suku bunga tinggi bertahan lebih lama.

  • Faktor Dovish The Fed Tidak Cukup Mendukung: Komentar dovish dari Presiden Chicago Fed Austan Goolsbee tidak cukup mendorong emas, karena ia tetap menekankan pendekatan yang lebih hati-hati terkait pemangkasan suku bunga.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas netral.

Harga Minyak Naik Tipis, tetapi Ancaman Tarif Trump Membayangi Pasar.

  • Sanksi AS terhadap Iran meningkatkan ketidakpastian pasokan, tetapi ancaman tarif baru Trump menekan sentimen pasar minyak.
  • Harga minyak stabil di atas $70 per barel, namun lonjakan produksi minyak AS dan ketidakpastian permintaan membatasi kenaikan lebih lanjut.

Harga minyak mencatat kenaikan pada akhir perdagangan Jumat setelah Amerika Serikat mengumumkan sanksi baru terhadap ekspor minyak mentah Iran. Minyak mentah Brent ditutup naik 0,5% di $74,66 per barel, sementara WTI naik 0,55% ke $71,00 per barel. Namun, secara mingguan, harga minyak masih mencatat penurunan lebih dari 2% karena kekhawatiran investor terhadap potensi perang dagang baru yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.

Meskipun sanksi terhadap Iran seharusnya memberikan dorongan bagi harga minyak, ketidakpastian kebijakan perdagangan AS menekan sentimen pasar. Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif baru terhadap China dan negara lain, yang memicu kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Analis mencatat bahwa meskipun harga minyak sempat stabil di atas $70 per barel, kekhawatiran terhadap prospek permintaan dapat menghambat kenaikan lebih lanjut.

Selain itu, kenaikan produksi minyak AS juga memberikan tekanan pada harga. Trump kembali menegaskan komitmennya untuk meningkatkan produksi minyak dalam negeri, sementara laporan terbaru menunjukkan lonjakan persediaan minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan. Dengan berbagai faktor yang saling bertentangan, pasar minyak menghadapi ketidakpastian tinggi dalam beberapa pekan mendatang.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran meningkatkan ketidakpastian pasokan global, mendukung kenaikan harga.

  • Ancaman tarif baru dari Trump memicu kekhawatiran perang dagang yang dapat melemahkan permintaan minyak global.
  • Lonjakan produksi minyak AS dan peningkatan persediaan minyak mentah membebani harga.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak beragam.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari AS hari ini yaitu: 

Agenda “Fed Chair Powell Testifies” mengacu pada kesaksian Ketua Federal Reserve (Jerome Powell) di hadapan Kongres AS, yang biasanya dilakukan di depan Komite Jasa Keuangan DPR atau Komite Perbankan Senat. Powell membahas prospek ekonomi AS, inflasi, pasar tenaga kerja, dan kebijakan suku bunga. Investor dan pelaku pasar mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter ke depan.

Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga USD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Kesaksian Jerome Powell sebagai Ketua Federal Reserve dapat menyebabkan pergerakan signifikan dalam harga Dolar AS (USD) karena pasar akan mencari petunjuk tentang kebijakan moneter ke depan.

Perkiraan :

Dollar AS berpotensi menguat.

Share on: