Pasar Fokus pada Data Inflasi AS dan Kebijakan RBA di Tengah Tekanan Ekonomi Global.

  • Pasar menantikan rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk November yang diproyeksikan naik menjadi 2,7%.
  • Bank Sentral Australia (RBA) diperkirakan tidak mengubah kebijakan moneter dalam pertemuan terakhir tahun ini, meskipun pertumbuhan ekonomi melambat.

Indeks Dolar AS (DXY) mengawali sesi perdagangan Senin dengan sedikit melemah, tetap berada di dekat level 105,80. Pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka ke data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk November, yang akan dirilis pada Rabu. Data ini diproyeksikan menunjukkan inflasi tahunan naik menjadi 2,7% dari 2,6% pada bulan sebelumnya.

Meskipun Federal Reserve (Fed) diperkirakan akan memangkas suku bunga pada pertemuan Desember, pasar tetap waspada terhadap sikap hati-hati bank sentral mengingat kekhawatiran atas inflasi yang masih tinggi.

Bank Sentral Australia: Stabilitas Kebijakan Tetap Jadi Prioritas.

Bank Sentral Australia (RBA) diprediksi akan mempertahankan Suku Bunga Tunai Resmi (OCR) di 4,35% dalam pertemuan kebijakan terakhir tahun ini pada Selasa. Keputusan ini akan diumumkan pada pukul 03:30 GMT, diikuti oleh konferensi pers Gubernur Michele Bullock pada pukul 04:30 GMT.

Sikap hati-hati RBA didukung oleh inflasi inti yang tetap tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat, meskipun tekanan pertumbuhan ekonomi melemah. Pada Oktober, tingkat pengangguran Australia bertahan di 4,1% untuk bulan ketiga berturut-turut, dengan tambahan 15.900 pekerjaan baru.

Namun, inflasi tahunan berdasarkan IHK Rata-rata melambat menjadi 3,5% pada kuartal ketiga, turun dari 4,0%, tetapi tetap jauh di atas target RBA sebesar 2%-3%. Gubernur Bullock sebelumnya menegaskan bahwa inflasi inti masih “terlalu tinggi” untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan dalam waktu dekat.

Ekonomi Australia: Lambatnya Pertumbuhan Membayangi Keputusan Kebijakan

Pada kuartal ketiga, ekonomi Australia mencatat pertumbuhan PDB sebesar 0,3%, lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 0,4%. Angka ini menandai laju pertumbuhan tahunan paling lambat sejak pandemi, mengurangi optimisme RBA terhadap proyeksi pertumbuhan sebesar 1,5% hingga akhir tahun.

Pasar kini hampir sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga pada April mendatang dengan probabilitas sebesar 96%, menurut data Refinitive. Pelonggaran lebih lanjut sebesar 35 basis poin diproyeksikan untuk Mei 2025.

Data Inflasi AS Jadi Katalis Utama Pasar

Rilis IHK AS pada Rabu mendatang menjadi sorotan utama, dengan proyeksi kenaikan inflasi tahunan ke 2,7% dan kenaikan bulanan sebesar 0,2%. Inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, juga diperkirakan tetap jauh di atas target Fed sebesar 2%.

Goldman Sachs mencatat bahwa kenaikan inflasi pada November kemungkinan didorong oleh harga pangan dan energi yang lebih tinggi. Meski Fed diproyeksikan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu depan, bank sentral diperkirakan akan memperlambat laju pemangkasan pada 2025 mengingat inflasi yang tetap tinggi serta kekuatan pasar tenaga kerja.

Laporan tenaga kerja terbaru menunjukkan penggajian nonpertanian naik lebih kuat dari ekspektasi pada November, tetapi tingkat partisipasi tenaga kerja mengalami penurunan, sementara sektor manufaktur menunjukkan pertumbuhan yang lesu. Hal ini memperkuat pandangan bahwa Fed akan tetap berhati-hati dalam memutuskan kebijakan di masa mendatang.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Data IHK AS yang diproyeksikan naik ke 2,7% mendukung prospek inflasi tetap tinggi, yang dapat memperlambat laju pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve di masa depan. Ini memberikan dukungan bagi dolar AS.
  • Namun, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga bulan Desember membatasi penguatan lebih lanjut.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS menguat.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar Australia.

  • RBA diperkirakan mempertahankan suku bunga di 4,35% tanpa indikasi pelonggaran jangka pendek. Namun, lambatnya pertumbuhan ekonomi Australia (PDB yang lebih lemah) meningkatkan spekulasi pemangkasan suku bunga pada awal 2024, yang dapat menekan AUD.
  • Ketatnya pasar tenaga kerja dan inflasi inti yang tinggi memberi sedikit dukungan, tetapi kurang cukup untuk memperkuat AUD secara signifikan.

Secara keseluruhan berpotensi berpengaruh terhadap harga AUD melemah.

Harga Emas Naik Ditopang Gejolak Geopolitik dan Pembelian Bank Sentral China.
  • Ketidakpastian akibat pergantian rezim di Suriah dan krisis politik di Korea Selatan telah meningkatkan permintaan emas sebagai aset aman.

  • Bank Rakyat China (PBoC) melanjutkan pembelian emas pada November setelah jeda enam bulan, memperkuat tren pembelian emas oleh bank sentral global.

Harga emas menguat pada sesi awal perdagangan Eropa hari Senin, didukung oleh meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik yang dipicu oleh jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah serta krisis politik di Korea Selatan.

Pada pukul 2:23 siang ET (19:23 GMT), harga emas spot naik 1% menjadi $2.660,53 per ons, sementara kontrak berjangka emas untuk pengiriman Februari naik 0,9% menjadi $2.660,53 per ons.

Gejolak di Suriah dan Korea Selatan Dorong Permintaan Aset Aman
Pasukan pemberontak dilaporkan telah merebut ibu kota Suriah, Damaskus, menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, yang kini melarikan diri ke Rusia. Ketidakpastian tentang dampak pergantian rezim meningkatkan minat terhadap emas sebagai tempat berlindung aman. Pasukan pemberontak yang didukung Turki memiliki hubungan dengan sekte Islam Sunni, yang berpotensi meningkatkan ketegangan dengan Iran. Laporan lain juga menyebutkan bahwa Israel telah memasuki wilayah Suriah.

Sementara itu, di Korea Selatan, krisis politik semakin dalam setelah Presiden Yoon Suk Yeol disebut dalam penyelidikan kriminal terkait upaya gagal pemberlakuan darurat militer. Meskipun Yoon selamat dari pemungutan suara pemakzulan, tekanan politik terhadapnya terus meningkat.

Pembelian Emas oleh Bank Sentral China Tambah Daya Dukung
Dalam perkembangan positif lainnya untuk emas, Bank Rakyat China (PBoC) mengumumkan pada akhir pekan bahwa mereka melanjutkan pembelian emas pada bulan November setelah jeda enam bulan. Langkah ini memperkuat tren pembelian logam mulia oleh bank sentral global selama dua tahun terakhir.

“Kombinasi pembelian kuat oleh bank sentral, ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung, dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter memberikan dukungan kuat terhadap harga emas dalam jangka pendek,” kata seorang analis komoditas dari Goldman Sachs.

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Fed Jaga Tekanan pada Dolar
Data ketenagakerjaan AS yang dirilis Jumat menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kuat, meskipun tingkat pengangguran yang meningkat memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan minggu depan. Hal ini membatasi penguatan Dolar AS, memberikan dorongan tambahan bagi emas.

Analis memperkirakan ketegangan geopolitik dan kebijakan bank sentral global akan tetap menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas dalam beberapa pekan mendatang.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Ketegangan Geopolitik: Pergantian rezim di Suriah dan krisis politik di Korea Selatan meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven. Ketidakpastian geopolitik ini menjadi pendorong utama penguatan harga emas.

  • Dukungan dari Bank Sentral China: Bank Rakyat China (PBoC) melanjutkan pembelian emas setelah jeda enam bulan, yang memperkuat sentimen bullish terhadap logam mulia ini.

  • Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS: Kenaikan tingkat pengangguran di AS memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga, yang menekan Dolar AS dan mendukung kenaikan harga emas.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.

Harga Minyak Naik Setelah China Umumkan Rencana Stimulus Ekonomi.

  • Pengumuman China untuk melonggarkan kebijakan moneter guna merangsang ekonomi global meningkatkan harapan pemulihan permintaan minyak.

  • Ketegangan di Suriah dan Timur Tengah, termasuk penggulingan Presiden Bashar al-Assad, serta ketidakpastian di sekitar konflik Israel-Hamas dan Ukraina/Rusia, menambah premi risiko pada pasar minyak.

Harga minyak menetap lebih tinggi pada hari Senin, didorong oleh pengumuman China tentang rencana pelonggaran kebijakan moneter dan upaya untuk merangsang ekonominya, yang memicu harapan pemulihan permintaan minyak global.

China Umumkan Rencana Stimulus
Beijing mengungkapkan rencana untuk mengadopsi kebijakan moneter yang “cukup longgar” tahun depan guna menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi, demikian disampaikan oleh Politbiro pada hari Senin. Optimisme terhadap stimulus lebih lanjut ini meningkatkan harapan pemulihan permintaan minyak pada saat banyak pihak khawatir bahwa pasokan kemungkinan akan melampaui permintaan yang telah menekan harga minyak.

Dikutip dari investing.com “Pelonggaran kebijakan moneter di China kemungkinan menjadi pendorong kenaikan harga minyak, yang mendukung sentimen risiko,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Ketegangan Geopolitik Menambah Premi Risiko
Di Suriah, pasukan pemberontak merebut ibu kota Damaskus setelah 13 tahun perang saudara, dengan laporan yang menyebutkan bahwa Presiden Bashar al-Assad melarikan diri ke Rusia.

Penggulingan mendadak Al-Assad—oleh kelompok yang sebagian didukung oleh Turki dan memiliki hubungan dengan sekte Islam Sunni—dapat membatasi pengaruh Iran di Timur Tengah dan mempengaruhi keberadaan pangkalan angkatan laut Rusia di Mediterania. Para pedagang kini memantau perubahan rezim di Suriah yang dapat mempengaruhi produksi minyak.

Meskipun produksi minyak Suriah hampir hancur akibat perang saudara, produksi bisa pulih di bawah pemerintahan yang lebih moderat. Sementara itu, pengaruh Iran yang semakin lemah bisa mendorong pemerintahan Donald Trump di AS untuk memberlakukan sanksi yang lebih keras terhadap negara tersebut, yang akan membatasi pasokan minyak.

Situasi yang tidak menentu di Suriah menambah ketegangan geopolitik yang sudah ada, termasuk perang Israel-Hamas dan konflik Ukraina/Rusia. Keputusan OPEC untuk memperpanjang pemangkasan pasokan dianggap negatif oleh pasar, karena hal ini mencerminkan kekhawatiran bahwa pemulihan permintaan minyak masih belum solid.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Harapan Pemulihan Permintaan: Rencana stimulus ekonomi China, yang bertujuan untuk melonggarkan kebijakan moneter dan merangsang pertumbuhan, memicu optimisme tentang pemulihan permintaan minyak global. Hal ini mendukung harga minyak untuk naik.

  • Ketegangan Geopolitik: Ketidakpastian geopolitik, termasuk situasi di Suriah dan ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah, meningkatkan premi risiko. Meskipun pasokan minyak Suriah terbatas, ketegangan ini dapat mengganggu pasar energi global, menjaga harga minyak tetap terjaga atau lebih tinggi.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak menguat.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari Australia dan German hari ini yaitu: 

AUD

Suku Bunga RBA adalah singkatan dari Suku Bunga Reserve Bank of Australia. Ini adalah suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Sentral Australia (RBA) sebagai bagian dari kebijakan moneter mereka untuk mengatur ekonomi.

EUR

CPI atau Consumer Price Index (Indeks Harga Konsumen) adalah ukuran yang mengukur perubahan rata-rata harga dari sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga selama periode tertentu. CPI sering digunakan sebagai indikator inflasi dan mencerminkan biaya hidup.

Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap harga AUD dan EUR.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data RBA Interest Rate Decision (Dec) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk AUD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk AUD.

Data German CPI (MoM) (Nov) rilis lebih tinggi dari forcast positif/optimis untuk EUR. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forcast negatif/pesimis untuk EUR.

Perkiraan :

Data RBA Interest Rate Decision (Dec) rilis sesuai dengan data sebelumnya.

Data German CPI (MoM) (Nov) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

Share on: