S&P 500 Naik Setelah Sentuh Level Terendah 6 Bulan, Pasar Waspadai Kebijakan Tarif Trump dan Data Ekonomi AS.

  • Investor fokus pada tarif baru Trump yang dapat memperburuk ketidakpastian ekonomi dan inflasi.

  • Data NFP Jumat ini akan menjadi indikator utama untuk arah kebijakan moneter The Fed.

Indeks S&P 500 ditutup lebih tinggi pada hari Senin setelah menyentuh level terendah enam bulan, didorong oleh aksi beli di akhir sesi. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 431 poin atau 1%, sementara Nasdaq Composite melemah 0,2%. Meskipun demikian, S&P 500 mengakhiri kuartal pertama dengan penurunan 5%, menandai akhir dari lima kuartal berturut-turut pertumbuhan. Investor tetap waspada terhadap kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump, yang diperkirakan akan mengumumkan tarif tambahan pada 2 April.

Pasar juga menantikan data ekonomi utama, termasuk laporan ketenagakerjaan AS untuk bulan Maret yang dijadwalkan rilis Jumat ini. Ekonom memperkirakan Nonfarm Payrolls (NFP) bertambah 139.000 pekerjaan, turun dari 151.000 di bulan sebelumnya, dengan tingkat pengangguran tetap di 4,1%. Data perekrutan sektor swasta, lowongan kerja, dan aktivitas manufaktur juga akan diawasi ketat karena dapat memberikan gambaran lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi AS di tengah ketidakpastian kebijakan tarif.

Kekhawatiran inflasi kembali mencuat setelah indeks harga PCE, yang menjadi acuan inflasi Federal Reserve, mencatat kenaikan lebih tinggi dari perkiraan pada Februari. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih lama untuk mengendalikan inflasi. Sementara itu, Trump bersikeras bahwa tarifnya bertujuan memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan, tetapi pasar khawatir bahwa kebijakan ini dapat memicu inflasi lebih lanjut dan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.

Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:

  • S&P 500 rebound setelah menyentuh level terendah enam bulan, dengan DJIA naik signifikan sebesar 1%. Hal ini menunjukkan adanya aksi beli setelah koreksi tajam sebelumnya.
  • Nasdaq masih melemah, dan S&P 500 tetap mencatat penurunan 5% sepanjang kuartal pertama, mengakhiri tren positif lima kuartal berturut-turut.
  • Investor khawatir terhadap kebijakan tarif tambahan yang akan diumumkan pada 2 April, yang dapat meningkatkan tekanan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.
  • Data inflasi PCE yang lebih tinggi dari perkiraan meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, yang bisa membebani indeks saham.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS melemah.

Analisis Pengaruh Terhadap Dollar AS:

  • Rilis data Nonfarm Payrolls (NFP) pada akhir pekan ini menjadi perhatian utama, karena dapat memberikan indikasi lebih lanjut tentang arah kebijakan The Fed. Jika data ketenagakerjaan melemah, dolar bisa semakin tertekan.
  • Data inflasi PCE yang lebih tinggi dari perkiraan memicu spekulasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih lama, yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi. Ketidakpastian akibat tarif perdagangan Trump juga bisa membebani dolar AS.
  • Meskipun begitu, dolar masih mendapat dukungan dari ketidakpastian ekonomi global, yang mendorong permintaan terhadap aset safe-haven seperti dolar.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga Dollar AS melemah.

Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi, Investor Beralih ke Safe-Haven.

  • Harga emas melonjak ke rekor tertinggi di $3,127 akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan AS dan meningkatnya risiko resesi.

  • Goldman Sachs menaikkan proyeksi resesi AS menjadi 35%, sementara Wall Street memperkirakan harga emas bisa mencapai $3,300.

Harga emas mencapai rekor baru pada hari Senin, melewati ambang $3,100 untuk pertama kalinya sebelum menyentuh level tertinggi sepanjang masa di $3,127. Meningkatnya ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan AS menjelang “Hari Pembebasan” pada 2 April mendorong investor beralih ke aset safe-haven. Pada saat penulisan, XAU/USD diperdagangkan di $3,119, naik lebih dari 1% meskipun imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun sedikit pulih.

Sentimen risiko semakin memburuk seiring ekspektasi tambahan tarif pada hari Rabu. Goldman Sachs menaikkan probabilitas resesi AS dari 20% menjadi 35%, dipicu oleh pesimisme bisnis dan rumah tangga terhadap prospek ekonomi. Pernyataan Presiden Donald Trump pada hari Minggu meningkatkan kemungkinan bahwa tarif bisa bersifat universal, berbeda dari angka 10-15% yang sebelumnya disebutkan oleh Menteri Keuangan AS. Hal ini mempercepat reli harga emas meskipun indeks dolar AS (DXY) naik 0,24% ke 104,25.

Di sisi data ekonomi, Chicago PMI meningkat menjadi 47,6 dari 45,5, lebih baik dari perkiraan, tetapi tetap dalam zona kontraksi selama 16 bulan berturut-turut. Pekan ini, pasar menantikan data ISM Manufacturing dan Nonfarm Payrolls yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan Federal Reserve. Sementara itu, bank-bank besar seperti Goldman Sachs, Société Générale, dan Bank of America memperkirakan harga emas bisa mencapai $3,300 dalam waktu dekat.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Harga emas mencetak rekor baru di $3,127 sebelum terkoreksi sedikit, menunjukkan momentum bullish yang kuat.
  • Ketidakpastian terkait tarif perdagangan AS dan meningkatnya risiko resesi mendorong investor mencari aset safe-haven seperti emas.
  • Bank-bank besar, termasuk Goldman Sachs, memperkirakan harga emas bisa naik ke $3,300, yang semakin memperkuat prospek bullish.

  • Probabilitas resesi AS naik menjadi 35%, meningkatkan permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.

Harga Minyak Naik di Tengah Ancaman Tarif dan Ketegangan Geopolitik.

  • Ancaman Trump terhadap Rusia dan Iran meningkatkan kekhawatiran pasokan, mendorong harga minyak ke level tertinggi lima minggu.

  • Peningkatan aktivitas manufaktur China dan ekspektasi pemangkasan suku bunga ECB mendukung prospek permintaan minyak global.

Harga minyak melonjak sekitar 2% pada Senin, mencapai level tertinggi dalam lima minggu, di tengah kekhawatiran berkurangnya pasokan jika Presiden AS Donald Trump menindaklanjuti ancamannya untuk mengenakan tarif tambahan terhadap Rusia dan kemungkinan menyerang Iran. Minyak mentah Brent naik $1,11 atau 1,5% menjadi $74,74 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak $2,12 atau 3,1% menjadi $71,48. Kenaikan ini terjadi meskipun terdapat skeptisisme bahwa Trump akan benar-benar menerapkan kebijakan tersebut, yang dapat memicu perang dagang dan membebani pertumbuhan ekonomi global.

Ancaman Trump terhadap Rusia dan Iran menjadi faktor utama yang diperhatikan pasar, meskipun beberapa analis meragukan bahwa ancaman ini akan segera direalisasikan. Kremlin menyebutkan adanya upaya AS-Rusia untuk mencapai solusi damai di Ukraina, sementara Iran memperingatkan respons keras jika ancaman terhadap Teheran berlanjut. Selain itu, pasar minyak menghadapi gangguan tambahan setelah Iran menyita dua kapal tanker di Teluk Persia dan AS mengancam akan mencabut izin ekspor minyak Venezuela bagi perusahaan Spanyol Repsol. Situasi ini semakin menambah ketidakpastian pasokan global.

Di sisi lain, tanda-tanda peningkatan permintaan global turut mendukung harga minyak. Aktivitas manufaktur di China meningkat ke level tertinggi dalam setahun, memperkuat prospek pemulihan ekonomi negara tersebut. Di Eropa, inflasi Jerman yang lebih rendah dari perkiraan mendorong ekspektasi pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Bank Sentral Eropa (ECB), yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi. Sementara itu, produksi minyak mentah AS turun ke level terendah sejak Februari 2024, semakin memperketat pasokan di pasar.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Harga minyak naik karena kekhawatiran pasokan yang lebih ketat akibat ancaman tarif sekunder AS terhadap Rusia dan Iran, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Iran juga meningkatkan ketegangan dengan menyita dua kapal tanker di Teluk Persia.

  • Beberapa analis dan pelaku pasar skeptis bahwa Trump benar-benar akan memberlakukan tarif yang dijanjikannya. Jika tarif diterapkan, perang dagang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global dan menekan permintaan minyak dalam jangka panjang.

  • Data ekonomi menunjukkan tanda-tanda peningkatan permintaan, terutama dari China yang melaporkan aktivitas manufaktur tertinggi dalam setahun. Sementara itu, inflasi Jerman yang lebih rendah meningkatkan ekspektasi pemotongan suku bunga ECB, yang dapat mendorong konsumsi energi lebih tinggi.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak menguat.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari Australia, Eropa dan AS hari ini yaitu: 

  1. RBA Interest Rate Decision (Keputusan Suku Bunga RBA): Keputusan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia – RBA) terkait suku bunga acuan.

  2. CPI (YoY) – Inflasi Konsumen (Eurozone): Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index – CPI) mengukur perubahan harga barang dan jasa dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
  3. S&P Global Manufacturing PMI (AS): Purchasing Managers’ Index (PMI) mengukur aktivitas di sektor manufaktur berdasarkan survei terhadap manajer pembelian.
  4. ISM Manufacturing PMI (AS): Indeks serupa dengan S&P Global PMI tetapi dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM), lebih fokus pada kondisi ekonomi AS.
  5. ISM Manufacturing Prices (AS): Mengukur perubahan harga bahan baku yang digunakan oleh sektor manufaktur.
  6. JOLTS Job Openings (AS): Jumlah lowongan pekerjaan di AS yang tersedia setiap bulan, dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS.

Dari agenda tersebut dapat mendorong perubahan harga signifikan dan sentimen terhadap AUD, EUR dan USD. 

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data RBA rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk AUD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk AUD.

Data CPI rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk EUR. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk EUR.

Data S&P Global Manufacturing PMI (AS) rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.

Data ISM Manufacturing PMI (AS) rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.

Data ISM Manufacturing Prices (AS) rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.

Data ISM Manufacturing Prices (AS) rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk USD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk USD.

Perkiraan :

AUD

RBA Interest Rate rilis sesuai dengan data sebelumnya.

EUR

CPI rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

USD

S&P Global Manufacturing PMI (Mar) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

ISM Manufacturing PMI (Mar) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

ISM Manufacturing Prices (Mar) rilis lebih tinggi dari data sebelumnya.

 Job Openings (Feb) rilis lebih rendah dari data sebelumnya.

Share on: