
HARGA EMAS MASIH RENTAN MELEMAH KARENA EKSPEKTASI THE FED YANG HAWKISH.
- Ekspektasi pasar terhadap tidak adanya kenaikan suku bunga ECB di bulan Oktober.
- Taruhan terhadap pengetatan kebijakan lebih lanjut oleh The Fed ternyata menjadi faktor utama yang membebani “XAU/USD”.
Sentimen pasar membebani Dolar AS ditengah data ekonomi AS terus menunjukkan perekonomian yang kuat. Data pertumbuhan PDB kuartal kedua menunjukkan perekonomian tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 2,1% dan Klaim Pengangguran Awal lebih rendah dari perkiraan yaitu sebesar 204.000. Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti, yang jika menunjukkan bukti rebound inflasi, dapat memicu kenaikan Dolar AS.
Komentar dari anggota Bank Sentral Eropa (ECB) berdampak terhadap Euro saat ini. Ekspektasi pasar terhadap tidak adanya kenaikan suku bunga di bulan Oktober dan kemungkinan kecil untuk bulan Desember masih berlaku. Persepsi bahwa ECB telah mencapai puncak kenaikan suku bunga masih kuat saat ini.
Harga emas terus melemah untuk hari keenam berturut-turut
Harga emas (XAU/USD) menetap jauh di zona merah pada hari Jumat dan mengakhiri bulan September dengan penurunan lebih dari 4,5%. Logam kuning juga mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari dua tahun dan terus terbebani oleh meningkatnya penerimaan bahwa Federal Reserve (Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Bank sentral AS mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga lagi pada akhir tahun, yang, pada gilirannya, dipandang sebagai faktor utama yang mendorong arus keluar dari komoditas yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga emas memang mendapatkan sedikit dukungan pada hari Jumat setelah rilis Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) dari Amerika Serikat (AS), meskipun kenaikannya berhenti dengan cepat. Data tersebut tidak banyak mengubah pandangan bahwa The Fed akan memperketat kebijakan moneternya lebih lanjut.
Sementara itu, prospek tersebut memicu kenaikan baru dalam imbal hasil obligasi Treasury AS pada hari Senin, yang, pada gilirannya, bertindak sebagai pendorong bagi Dolar AS (USD) dan selanjutnya berkontribusi terhadap penurunan logam ini selama enam hari berturut-turut.
Harga minyak naik seiring meningkatnya selera risiko, fokus kembali ke prospek pasokan.
Harga minyak naik tipis pada hari Senin, menutup sebagian kerugian yang diderita pada akhir pekan lalu, karena investor fokus pada prospek pasokan global yang ketat. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 29 sen, atau 0,3%, menjadi $91,08 per barel, setelah turun 92 sen pada hari Jumat.
Meskipun OPEC+ diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan produksinya mengingat kekuatan pasar baru-baru ini, Arab Saudi dapat mulai mengurangi tambahan pengurangan pasokan sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bpd), kata analis ING dalam sebuah catatan pada hari Senin.
Dilansir dari investing.com “Saudi telah mengatakan bahwa masih ada kekhawatiran terhadap permintaan Tiongkok. Namun, data PMI yang dirilis pada akhir pekan akan memberikan kepercayaan pada PMI manufaktur Tiongkok yang kembali ke wilayah ekspansi pada bulan September untuk pertama kalinya sejak Maret.”