Wall Street Ragu, Trump Panas: Tech Tersandung, Emas Siap Melesat?

Tarik-ulur negosiasi dagang menjelang tenggat 9 Juli picu kekhawatiran potensi reimposisi tarif besar.
Ketegangan Trump–Powell meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga Fed pada September menjadi 90%.
S&P 500 ditutup melemah tipis 0.1% pada Selasa setelah mencetak rekor sebelumnya, terpukul oleh tekanan di saham teknologi besar dan kenaikan imbal hasil obligasi. Sementara Dow Jones justru menguat 0.9%, dan Nasdaq turun 0.8%. Sentimen pasar terguncang oleh ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan, fiskal, serta tensi antara Presiden Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell.
Fokus pasar tertuju pada negosiasi dagang menjelang tenggat 9 Juli, di mana hanya dua dari 90 kesepakatan yang dijanjikan Trump telah tercapai. Sementara Kanada membatalkan pajak digital dan kesepakatan dengan China dicapai, negosiasi dengan Jepang masih buntu. Pemerintah AS kini mengejar “kesepakatan prinsip” yang lebih sempit untuk menghindari tarif balasan hingga 50%, sementara tarif dasar 10% tetap diberlakukan selama negosiasi berlangsung.
Di sisi lain, Trump kembali menyerang Powell karena belum memangkas suku bunga secara agresif, bahkan mengancam mengganti Powell tahun ini. Ketegangan ini memicu spekulasi pasar bahwa akan ada bayangan “shadow chair” yang bisa memengaruhi kebijakan Fed. Pasar kini memperkirakan lebih dari 90% peluang pemangkasan suku bunga pada September, dengan laporan ketenagakerjaan pekan ini akan menjadi penentu arah kebijakan moneter.
Kesimpulan Sentimen:
Netral Cenderung Bearish – Meski ada dorongan dari harapan pemangkasan suku bunga The Fed dan potensi kesepakatan dagang terbatas, tekanan dari naiknya imbal hasil obligasi, konflik antara Trump dan Powell, serta ketidakpastian fiskal akibat RUU pemotongan pajak yang kontroversial membebani sentimen investor. Koreksi teknikal juga mulai terjadi setelah indeks mencetak rekor.
Emas Melesat di Tengah Ketidakpastian: Pajak Trump, Data AS, dan Ancaman Tarif Baru.

Data JOLTS dan ISM menunjukkan ekonomi AS masih cukup kuat, namun pasar tetap menanti arah kebijakan suku bunga.
Ancaman tarif tambahan dan pelemahan Dolar AS menopang permintaan emas sebagai aset safe haven
Harga emas (XAU/USD) melonjak lebih dari 1% ke $3,340, mendekati level tertinggi empat hari, didorong oleh pelemahan Dolar AS yang mencapai titik terendah tiga tahun. Sementara itu, pasar tampaknya mengabaikan pengesahan RUU pemotongan pajak Trump senilai $4,5 triliun di Senat, yang kini menunggu persetujuan DPR. Di sisi lain, investor tetap berhati-hati menjelang potensi tarif baru per 9 Juli, seperti yang diperingatkan oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
Data ekonomi AS menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kuat, dengan laporan JOLTS mencatat lonjakan lowongan pekerjaan ke 7,769 juta pada Mei—tertinggi sejak November. Meski aktivitas manufaktur masih mengalami kontraksi, data ISM menunjukkan perbaikan ke 49.0, mendekati ambang ekspansi. Ketua The Fed Jerome Powell mempertahankan sikap hati-hati terhadap suku bunga, menyatakan bahwa penurunan mungkin belum tepat dilakukan pada Juli, kecuali tekanan tarif meningkat.
Dalam minggu perdagangan pendek ini menjelang libur 4 Juli, investor menanti data tenaga kerja ADP dan Nonfarm Payrolls yang diperkirakan menunjukkan perlambatan pasar kerja. Pasar uang saat ini telah memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 62 basis poin hingga akhir tahun. Meskipun imbal hasil obligasi AS naik, permintaan terhadap emas tetap solid sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian fiskal dan kebijakan perdagangan Trump.
Kesimpulan Sentimen:
Bullish– kuat dan terkonfirmasi, didorong oleh pelemahan dolar, ketidakpastian fiskal, serta prospek penurunan suku bunga The Fed.
Minyak Naik Tipis Jelang Keputusan OPEC+: Pasar Menanti, Trump Ultimatum.

OPEC+ diperkirakan akan menaikkan produksi minyak 411.000 bph pada Agustus demi rebut pangsa pasar dari AS.
Ketegangan dagang meningkat menjelang tenggat tarif Trump 9 Juli, berpotensi menekan permintaan global.
Harga minyak naik tipis pada Selasa, didorong oleh data positif dari China yang menunjukkan aktivitas manufaktur kembali berekspansi di bulan Juni. Brent ditutup naik 0,6% menjadi $67,11 per barel dan WTI naik 0,5% ke $65,45. Ekspektasi bahwa Arab Saudi akan menaikkan harga jual ke Asia dan premi yang tinggi pada minyak Rusia turut memperkuat sentimen permintaan.
Namun, pasar tetap waspada menjelang pertemuan OPEC+ pada 6 Juli, di mana diperkirakan kelompok produsen ini akan menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari, seperti pola bulan sebelumnya. Kenaikan produksi ini ditujukan untuk menekan dominasi produsen serpih AS, yang mencatat produksi tertinggi pada April, serta menghukum anggota OPEC+ yang kelebihan kuota seperti Kazakhstan dan Arab Saudi, yang justru meningkatkan ekspor dengan kecepatan tertinggi dalam setahun.
Dari sisi geopolitik, pelaku pasar juga mencermati tenggat waktu tarif 9 Juli dari Presiden Trump. Trump menyatakan tidak berniat memperpanjang masa tenggang tarif, dan memperingatkan negara-negara termasuk Jepang dan India bahwa tarif bisa dinaikkan secara tajam meskipun negosiasi berjalan. Ancaman tarif dan ketidakpastian dagang ini menahan laju penguatan harga minyak.
Kesimpulan Sentimen:
Netral Cenderung Bearish untuk harga minyak – meskipun ada data permintaan positif, potensi suplai melonjak dari OPEC+ dan ancaman tarif dagang menekan prospek harga dalam jangka pendek.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Prediksi USD:
-
ADP Nonfarm Employment Change: Peningkatan besar dalam perkiraan (105K vs 37K) mengindikasikan pasar tenaga kerja yang kuat, berpotensi mendukung USD (
).
-
Crude Oil Inventories: Peningkatan persediaan minyak mentah dapat menekan harga minyak, sehingga berpotensi menekan mata uang negara-negara produsen minyak, termasuk USD (
).