Wall Street Stabil, S&P 500 Mendekati Rekor di Tengah Gencatan Senjata dan Sinyal Hati-Hati dari The Fed.

S&P 500 mendekati rekor tertinggi, ditopang ketegangan geopolitik yang mereda dan pasar yang menantikan kejelasan arah suku bunga.
Powell tegaskan Fed tidak terburu-buru memangkas suku bunga, khawatir tarif bisa dorong inflasi lebih lama.
Indeks S&P 500 ditutup menguat tipis 0,03% pada Rabu (25 Juni 2025), mendekati rekor tertinggi sepanjang masa, seiring investor mencermati situasi geopolitik pasca gencatan senjata Israel-Iran dan pidato lanjutan dari Ketua The Fed Jerome Powell. Nasdaq naik 0,3% sementara Dow Jones turun 106 poin. Gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden Trump masih bertahan meski sempat diwarnai tuduhan pelanggaran dari kedua belah pihak.
DIlansir dari investing, di Capitol Hill, Powell menegaskan bahwa Federal Reserve belum yakin akan memotong suku bunga dalam waktu dekat, mengingat dampak inflasi dari tarif bisa lebih dari sekadar efek satu kali. Powell menyebutkan bahwa Fed harus berhati-hati terhadap risiko inflasi persisten, terutama karena kebijakan tarif tinggi AS masih terus berlaku dan tekanan harga belum sepenuhnya reda. Trump kembali menyerang Powell secara publik, menuntut penurunan suku bunga yang lebih agresif.
Sementara itu, investor juga mencerna data ekonomi, termasuk penurunan kepercayaan konsumen dan data penjualan rumah baru. Di sisi global, perjanjian dagang AS-China yang diumumkan awal bulan ini membantu menopang yuan, dengan analis UBS melihat tanda-tanda stabilisasi mata uang tersebut. Beijing tampaknya mendukung penguatan yuan secara bertahap, meski tetap menghadapi risiko dari ekspor yang melambat dan tekanan deflasi domestik.
Kesimpulan Sentimen:
Pasar saham AS menunjukkan sentimen netral hingga bullish, dengan dukungan dari stabilitas geopolitik sementara dan data ekonomi campuran, meskipun investor masih mewaspadai arah kebijakan moneter ke depan.
Harga Emas Stabil di Atas $3.330 Ditopang Gencatan Senjata Iran-Israel dan Data Perumahan AS yang Lemah.

Data penjualan rumah baru AS turun tajam, memperkuat ekspektasi pelonggaran The Fed.
Gencatan senjata Iran-Israel menenangkan pasar, tetapi tetap dukung permintaan aset lindung nilai.
Harga emas naik tipis 0,34% pada sesi Amerika Rabu (25 Juni 2025) ke level $3.334 seiring meningkatnya selera risiko pasar setelah meredanya ketegangan antara Iran dan Israel. Stabilnya harga logam mulia juga dipengaruhi oleh data penjualan rumah baru AS yang jauh lebih buruk dari perkiraan, mengindikasikan tekanan dari suku bunga hipotek yang tinggi. Namun, retorika hawkish Ketua The Fed Jerome Powell tetap menahan laju kenaikan harga emas.
Powell menyampaikan kepada Kongres bahwa dampak tarif terhadap inflasi bisa bersifat sementara, tetapi cukup berisiko untuk membuat The Fed tetap mempertahankan suku bunga. Presiden Fed Boston Susan Collins juga menyebut bahwa kebijakan saat ini “masih sesuai”, namun terbuka untuk pelonggaran jika tekanan harga mereda. Sementara itu, pasar masih mencerna rilis data ke depan, termasuk Durable Goods Orders, PDB AS, dan klaim pengangguran mingguan.
Secara teknikal, XAU/USD sempat turun di bawah $3.300 pasca pengumuman gencatan senjata oleh Presiden Trump, namun kembali menguat seiring pelemahan tipis Dolar AS dan turunnya imbal hasil obligasi riil. Dengan pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 59 basis poin hingga akhir tahun, sentimen jangka pendek terhadap emas tetap mengarah naik, meski dibatasi oleh ketidakpastian inflasi dan dinamika ekonomi AS.
Kesimpulan Sentimen:
Bullish Terbatas – Harga emas menunjukkan sentimen bullish terbatas, didukung gejolak geopolitik yang mereda dan data ekonomi AS yang melemah, namun tertahan oleh sikap hati-hati The Fed.
Minyak Pulih Tipis di Tengah Gencatan Senjata dan Penurunan Stok AS: Fokus Beralih ke Fed.

Stok minyak mentah dan bensin AS turun signifikan, menunjukkan kuatnya permintaan energi domestik.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dorong prospek permintaan minyak ke depan.
Harga minyak dunia naik hampir 1% pada Rabu (25 Juni 2025), pulih dari penurunan tajam awal pekan ini. Kenaikan ini didorong oleh penurunan mengejutkan pada persediaan minyak mentah dan bensin AS, serta ekspektasi pasar terhadap stabilnya gencatan senjata antara Iran dan Israel. Brent ditutup naik 0,8% ke $67,68 per barel dan WTI naik 0,9% ke $64,92, memangkas sebagian dari penurunan 13% yang terjadi sejak awal pekan.
Data resmi AS menunjukkan penurunan stok minyak mentah sebesar 5,8 juta barel, jauh di bawah ekspektasi penurunan 797 ribu barel. Stok bensin juga turun tak terduga sebesar 2,1 juta barel, mengindikasikan permintaan bahan bakar meningkat tajam ke level tertinggi sejak Desember 2021. Menurut Phil Flynn dari Price Futures Group, laporan ini menggeser fokus pasar kembali ke dinamika fundamental permintaan-penawaran domestik AS, bukan hanya geopolitik.
Meski kekhawatiran pasokan dari Timur Tengah mereda pasca gencatan senjata, pasar tetap waspada terhadap potensi risiko lanjutan. Di sisi makroekonomi, data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan, membuka ruang bagi pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini. Analis memperkirakan harga minyak akan berkonsolidasi di kisaran $65–$70 per barel sambil menanti data lanjutan dan keputusan suku bunga berikutnya.
Kesimpulan Sentimen:
Minyak menunjukkan sentimen bullish moderat, didukung data fundamental permintaan AS dan harapan stimulus moneter, meskipun ketegangan geopolitik masih menjadi latar belakang risiko.
Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini
Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.
Prediksi USD:
Durable Goods Orders: Perkiraan peningkatan signifikan dari -6.3% menjadi 8.6%, berpotensi mendukung USD (⬆️).
PDB (QoQ): PDB mengalami kontraksi dari 2.4% menjadi -0.2% USD berpotensi Turun
Initial Jobless Claims: Perkiraan penurunan (lebih baik) dari 245K menjadi 244K, berpotensi mendukung USD. (Naik).