Wall Street Terkoreksi Tajam Usai Iran Serang Israel, Harga Minyak Melonjak dan Inflasi Bayangi

  • Iran Serang Balik, Ketegangan Melejit: Iran membalas serangan Israel dengan ratusan rudal dan drone, memicu kekhawatiran konflik regional yang meluas dan membahayakan stabilitas geopolitik.

  • Lonjakan harga minyak akibat konflik memicu kekhawatiran inflasi baru dan mengurangi harapan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Bursa saham AS ditutup melemah tajam pada Jumat setelah Iran meluncurkan serangan besar-besaran ke Israel, meningkatkan risiko konflik regional yang lebih luas di Timur Tengah. Dow Jones anjlok 769 poin, atau 1,8%, S&P 500 turun 1,2%, dan Nasdaq merosot 1,3%. Aksi jual terjadi di tengah lonjakan harga minyak yang menambah tekanan terhadap prospek inflasi global dan memudarkan ekspektasi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Iran meluncurkan ratusan rudal dan drone ke wilayah Israel sebagai balasan atas serangan udara yang disebut Israel sebagai preemptive strike terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran. Ketegangan meningkat setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa serangan berikutnya bisa lebih brutal jika Iran menolak kesepakatan nuklir baru. Konflik ini memperkuat kekhawatiran pasar akan disrupsi pasokan minyak global dan ketidakstabilan geopolitik yang bisa menyeret pertumbuhan ekonomi dunia.

Kondisi ini membayangi data domestik yang sejatinya positif, seperti rebound sentimen konsumen University of Michigan dan rilis indeks harga produsen (PPI) yang lebih rendah dari ekspektasi. Namun, kekhawatiran atas lonjakan harga energi dan memburuknya hubungan geopolitik membuat investor kembali menghindari risiko.

Kesimpulan Sentimen:

Bearish pasar saham AS, Eskalasi konflik Timur Tengah, lonjakan harga minyak, dan meningkatnya risiko inflasi membuat sentimen pasar condong bearish, dengan prospek pelemahan lebih lanjut jika ketegangan tidak mereda.

Harga Emas Tembus Tertinggi Lima Pekan di Tengah Krisis Timur Tengah dan Antisipasi The Fed.

  • Serangan Israel ke fasilitas militer dan nuklir Iran memicu lonjakan permintaan aset aman, mendorong harga emas ke level tertinggi lima pekan.

  • Meskipun data inflasi AS menunjukkan pelonggaran, lonjakan harga minyak akibat konflik memunculkan kembali kekhawatiran tekanan harga ke depan.

Harga emas naik untuk hari ketiga berturut-turut, terdorong oleh eskalasi konflik Israel-Iran yang memicu kepanikan di pasar global. XAU/USD sempat menyentuh level tertinggi lima pekan di $3.446 sebelum terkoreksi tipis ke $3.422 jelang akhir pekan. Lonjakan ini mencerminkan pelarian investor ke aset aman di tengah kekhawatiran geopolitik yang kian memburuk dan risiko inflasi energi yang kembali muncul.

Dua faktor utama menopang reli emas: pertama, serangan militer Israel terhadap instalasi nuklir dan pangkalan militer Iran meningkatkan risiko konflik regional yang lebih luas. Kedua, meskipun data inflasi AS menunjukkan pelonggaran, lonjakan harga minyak lebih dari 6% membuka potensi tekanan harga kembali muncul, yang bisa membatasi ruang pelonggaran moneter Federal Reserve. Dalam waktu dekat, investor akan mencermati keputusan FOMC dan data ekonomi penting seperti penjualan ritel dan produksi industri untuk menentukan arah lanjutan emas.

Di sisi lain, penguatan imbal hasil obligasi AS dan rebound Dolar membatasi kenaikan emas. Namun, proyeksi jangka panjang dari Goldman Sachs dan Bank of America tetap optimis, masing-masing memprediksi harga emas bisa menyentuh $3.700 hingga $4.000 dalam 12 hingga 24 bulan ke depan. Ketidakpastian geopolitik, ditambah ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed, memberi ruang bagi reli emas untuk terus berlanjut.

Kesimpulan Sentimen:

Bullish, sentimen terhadap emas saat ini bullish, didorong oleh eskalasi konflik Timur Tengah, ekspektasi pelonggaran suku bunga, serta prospek jangka panjang yang positif dari lembaga keuangan besar.

Harga Minyak Melonjak Tajam Usai Serangan Israel ke Iran, Tapi Reli Dianggap Terbatas.

  • Konflik Israel-Iran dorong WTI naik hampir 20% di bulan Juni, lonjakan harian terbesar sejak 2022.

  • Citi menilai reli ini lebih karena short-covering, bukan faktor fundamental jangka panjang, dan butuh eskalasi besar untuk lanjut lebih tinggi.

Harga minyak mentah WTI mencatat lonjakan harian terbesar sejak Maret 2022, setelah serangan militer Israel terhadap fasilitas nuklir Iran memicu kekhawatiran gangguan pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah. WTI sempat menembus $74 per barel sebelum terkoreksi ke bawah $72 setelah Iran membalas dengan tembakan rudal, mendorong harga naik hampir 20% sepanjang Juni.

Analis memperingatkan bahwa reli ini sebagian besar dipicu oleh aksi short-covering, dan kemungkinan tidak berkelanjutan kecuali konflik berkembang menjadi perang regional yang melibatkan infrastruktur energi. Dilansir dari investing.com, Citi menyebut bahwa lonjakan harga sebagian besar berasal dari penutupan posisi short oleh investor, dan untuk harga naik lebih lanjut dibutuhkan pembelian baru (fresh long) yang signifikan, yang belum terlihat sejauh ini. Sementara itu, Brent sempat melonjak ke $78,5 per barel, namun juga kembali turun setelah prospek gangguan pasokan dianggap terbatas.

Israel menyatakan serangan mereka menghancurkan fasilitas rekayasa uranium di Isfahan, sementara Iran membalas dengan serangan rudal yang menargetkan area sipil, memperburuk ketegangan. Namun, meskipun tensi geopolitik meningkat, pasar memperkirakan harga energi tidak akan tetap tinggi kecuali terjadi eskalasi serius terhadap infrastruktur minyak.

Kesimpulan Sentimen:

Bullish, Sentimen minyak saat ini bullish secara jangka pendek, didorong oleh gejolak geopolitik dan aksi tutup posisi short, meskipun reli dinilai rapuh dan sangat tergantung pada arah eskalasi konflik.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Tidak ada laporan data ekonomi yang menjadi pengaruh perubahan sentimen dari aspek fundamental analisis untuk pasar saham AS, komoditi dan forex.

Share on: