Moody’s Turunkan Rating AS, Investor Tak Gentar Beli Saham.

  • Moody’s turunkan peringkat kredit AS karena utang besar dan rencana pemotongan pajak Trump.

  • The Fed tetap bertahan, investor beli saham meski yield obligasi melonjak.

Pasar saham AS ditutup menguat pada Senin meskipun Moody’s menurunkan peringkat kredit negara dari Aaa menjadi Aa1 karena kekhawatiran atas utang nasional yang menembus $36 triliun. Dow Jones naik 137 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq sedikit berubah arah setelah sempat melemah di awal perdagangan. Investor tampaknya memanfaatkan penurunan harga untuk melakukan aksi beli, meskipun imbal hasil obligasi melonjak akibat downgrade tersebut.

Penurunan peringkat ini terjadi di tengah rencana pemotongan pajak oleh pemerintahan Trump yang diperkirakan dapat menambah $3–5 triliun ke utang dalam satu dekade. Di sisi lain, Walmart mendapat tekanan dari Trump untuk menyerap dampak tarif impor, padahal perusahaan sudah memperingatkan kenaikan harga barang akibat tarif China. Kebijakan fiskal dan dagang ini menambah ketidakpastian bagi pelaku pasar, terutama bagi sektor ritel dan konsumen.

Sementara itu, The Fed menegaskan belum siap memangkas suku bunga dalam waktu dekat meskipun pasar mengharapkan sebaliknya. Ketidakpastian akibat kebijakan tarif dan lambatnya pertumbuhan ekonomi membuat bank sentral tetap dalam mode “tunggu dan lihat”. Yield obligasi 10 tahun melonjak di atas 4,5%, menandakan pasar obligasi mulai mengantisipasi tekanan fiskal yang berkepanjangan.

Analisis Pengaruh Terhadap Indeks Saham AS:

  • Moody’s Turunkan Peringkat Kredit AS, Pasar Saham Rebound
    Moody’s menurunkan peringkat kredit AS dari Aaa menjadi Aa1 karena kekhawatiran atas utang nasional yang membengkak ($36 triliun), terutama di tengah rencana pemotongan pajak Trump yang diperkirakan akan menambah $3–5 triliun ke utang dalam 10 tahun. 

  • Kebijakan Fiskal dan Ketegangan Tarif Tekan Sentimen Pasar
    RUU pemotongan pajak Trump disetujui oleh komite DPR dan siap diajukan ke pemungutan suara, meski ada resistensi internal. Sementara itu, Trump menekan Walmart untuk menanggung beban tarif impor, menyoroti ketegangan berkelanjutan atas kebijakan dagang yang mulai berdampak pada harga konsumen.

  • The Fed Tahan Sikap, Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Mundur
    Para pejabat The Fed menegaskan bahwa ketidakpastian ekonomi akibat tarif dan kebijakan fiskal membuat mereka tidak tergesa-gesa menurunkan suku bunga. Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga pertama kini mundur ke bulan September 2025, dari sebelumnya diperkirakan terjadi pada Juni. Yield obligasi 10 tahun naik di atas 4.5%, dan 30 tahun tembus 5%, menandai tekanan yang meningkat di pasar obligasi.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga indeks saham AS menguat.

mas Naik Tajam Usai Downgrade AS, Dolar Terpukul.

  • Moody’s turunkan rating AS, emas menembus $3.200 karena permintaan lindung nilai meningkat.

  • Goldman Sachs prediksi harga emas capai $4.000 di 2026, memperkuat sentimen bullish jangka panjang.

Harga emas naik tajam menembus level $3.200 pada awal pekan ini, seiring meningkatnya permintaan safe haven setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit AS dari AAA menjadi Aa1. Langkah tersebut memperlemah dolar AS—terlihat dari penurunan US Dollar Index (DXY) sebesar 0,47%—dan mendorong investor beralih ke emas untuk mengantisipasi risiko fiskal jangka panjang.

Moody’s menyoroti buruknya manajemen fiskal pemerintah AS selama lebih dari satu dekade dan menyebutkan bahwa kebijakan pajak serta defisit yang terus membengkak menjadi ancaman keberlanjutan utang jangka panjang. Di sisi lain, pejabat AS menyebut pasar obligasi masih berfungsi baik meski yield naik tipis, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun di kisaran 4,48%. Sementara itu, bank-bank besar seperti Goldman Sachs memprediksi harga emas akan naik ke $3.700 tahun ini dan menyentuh $4.000 pada 2026.

Fokus pasar kini tertuju pada pidato pejabat The Fed, data PMI, dan klaim pengangguran minggu ini. Beberapa komentar dari pejabat The Fed menunjukkan sikap hati-hati terhadap suku bunga, menandakan bahwa tekanan tarif dan risiko inflasi bisa membuat bank sentral menunda penurunan suku bunga lebih lama dari ekspektasi pasar.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Emas:

  • Harga Emas Naik karena Permintaan Safe Haven
    Harga emas (XAU/USD) menguat di atas $3.200 setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit AS dari AAA menjadi Aa1. Penurunan ini menekan dolar AS (DXY turun 0,47% ke 100,50), sehingga mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai aset lindung nilai.

  • Ketidakpastian Fiskal dan Tarif Tekan Dolar AS
    Moody’s menyoroti buruknya pengelolaan fiskal AS selama lebih dari satu dekade, sementara Menteri Keuangan AS membuka kemungkinan pemberlakuan kembali tarif pada negara-negara yang tidak bersedia bernegosiasi. Hal ini menambah ketidakpastian ekonomi dan mendukung minat terhadap emas.

  • Prospek Kenaikan Harga Emas Didukung Bank Besar
    Meskipun imbal hasil obligasi naik tipis (10-tahun di 4,481%), beberapa pejabat The Fed bersikap hati-hati terhadap kebijakan suku bunga. Goldman Sachs memproyeksikan harga emas akan rata-rata $3.700/oz di akhir 2025 dan mencapai $4.000 pada pertengahan 2026, mencerminkan sentimen bullish jangka panjang.

Secara keseluruhan berpengaruh harga emas menguat.

Minyak Menguat Tipis di Tengah Gagalnya Negosiasi Nuklir Iran-AS.

  • Kegagalan negosiasi nuklir Iran-AS menahan pasokan tambahan dari Iran ke pasar.

  • Isyarat damai Rusia bisa memicu lonjakan pasokan global dan menekan harga minyak.

Harga minyak dunia ditutup sedikit lebih tinggi pada Senin setelah pernyataan keras dari Iran memupus harapan tercapainya kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat. Brent naik 13 sen ke $65,54 per barel dan WTI menguat 20 sen ke $62,69. Pernyataan Iran bahwa mereka menolak menghentikan pengayaan uranium membuat peluang pencabutan sanksi AS mengecil, sekaligus menutup potensi tambahan pasokan minyak hingga 400.000 barel per hari.

Namun, sentimen positif ini diimbangi oleh tekanan lain. Moody’s menurunkan peringkat utang pemerintah AS, memunculkan keraguan atas stabilitas ekonomi negara konsumen minyak terbesar dunia. Di sisi lain, data ekonomi China yang lemah menambah kekhawatiran akan melambatnya permintaan global. Komentar Menteri Keuangan AS yang mengancam pemulihan tarif juga memperkeruh prospek pasar energi.

Ketidakpastian makin kompleks dengan sinyal damai dari Rusia setelah panggilan telepon Presiden Putin dengan Donald Trump. Jika perang Ukraina mereda dan sanksi terhadap minyak Rusia dilonggarkan, pasar bisa dibanjiri pasokan baru, menambah tekanan pada harga. Investor pun bersiap menghadapi fluktuasi tinggi dalam waktu dekat.

Analisis Pengaruh Terhadap Harga Minyak:

  • Negosiasi Nuklir AS-Iran Gagal: Iran menolak menghentikan pengayaan uranium, menggagalkan harapan pencabutan sanksi dan tambahan pasokan minyak Iran sebesar 300.000–400.000 barel per hari.

  • Penurunan Peringkat Kredit AS oleh Moody’s: Memunculkan kekhawatiran terhadap kesehatan ekonomi AS sebagai konsumen minyak terbesar dunia.

  • Risiko Tambahan Pasokan dari Rusia: Jika perang Ukraina berakhir dan sanksi Barat dilonggarkan, pasokan minyak Rusia bisa meningkat, menekan harga global.

Secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga minyak beragam.

Penggerak Pasar Forex dan Komoditi Hari Ini

ECONOMIC CALENDAR
Real Time Economic Calendar provided by Investing.com.

Terdapat laporan data fundamental dari kawasan Australia hari ini yaitu: 

  • RBA Interest Rate Decision (May) adalah keputusan bulanan dari Reserve Bank of Australia (RBA) mengenai tingkat suku bunga acuan yang berlaku di Australia, dan dalam hal ini untuk bulan Mei.

Dari data tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga AUD.

Pengaruh Data Terhadap Perubahan Harga.

Data RBA Interest Rate Decision (May) rilis lebih tinggi dari forecast positif/optimis untuk AUD. Sedangkan data rilis lebih rendah dari forecast negatif/pesimis untuk AUD.

Perkiraan :

RBA Interest Rate Decision rilis lebih rendah dari data sebelumnya

Share on: