Belakangan, robot trading forex memang menjadi topik yang banyak diperbincangkan karena disebut-sebut bisa memberikan keuntungan yang besar bagi para tradernya. Namun, robot trading juga diberitakan menjadi salah modus penipuan yang memakan banyak korban. Lalu, apakah benar seperti itu, ya?

Kasus-Kasus Penipuan Robot Trading Forex

Pernah dengar skandal robot trading Sunton Capital? Menurut CNBC, mereka enggak punya izin di Indonesia dan membawa uang nasabahnya hingga miliaran rupiah pada Oktober 2021 lalu. Nah, Sunton Capital mengiming-imingi profit yang cukup besar di kisaran 5% hingga 20% dengan menggunakan robot trading forex dari mereka. 

Ada lagi baru-baru ini kasus Net89. Mengutip dari CNN, para pelaku diduga menawarkan paket investasi trading dan robot forex berkedok MLM Ebook. Mereka menjanjikan keuntungan dari paket investasi robot trading sekitar satu persen per hari, 20% per bulannya.

Kasus skema Ponzi seperti ini memang sering banget disangkut pautkan dengan robot trading forex. Oh iya buat kamu yang belum tahu skema Ponzi, ini merupakan modus investasi palsu dimana si oknum ini akan membayar keuntungan para investornya dari uang mereka sendiri atau uang yang dibayarkan oleh investor berikutnya. Sehingga, uangnya itu bukan berasal dari keuntungan yang memang diperoleh oleh si perusahaan. 

Lalu, di bulan Maret ada lagi kasus robot trading Fahrenheit dimana mereka melakukan aksi penipuannya dengan membuat transaksi seolah-olah margin call (MC). Margin call sendiri merupakan peringatan dari broker kepada trader yang menandakan jika dana di akunnya nyaris habis karena posisi merugi.

Kalau hal itu terjadi, trader harus menambah dana di akunnya, jika tidak maka aplikasi akan menutup posisi trading dalam kondisi rugi. Nah, celah inilah yang dimanfaatkan Fahrenheit dalam memanipulasi margin call supaya para nasabahnya merugi.

Selain itu, mengutip dari Kompas para trader juga dijanjikan keuntungan hingga 80 persen ketika melakukan deposit senilai 50.000 dollar AS. Dari keuntungan 80% tersebut, dana akan terpotong 20% untuk aplikasi robot trading tersebut.

Ada juga trader yang dijanjikan profit 30% sebulan dan profit sehari sebesar 1%. Namun, di awal trading para trader diharuskan membeli robot trading sebesar 10% dari nominal dana yang disetor ke akun masing-masing.

Nah, kasus-kasus seperti inilah yang membuat robot untuk trading forex itu dianggap kurang bisa dipercaya oleh banyak trader. 

Oke, terus kenapa sih kok masih banyak banget ya yang menggunakan robot trading ini? Untuk mendapatkan customer, si perusahaan robot trading forex akan menjanjikan setiap orang yang berhasil merekrut member baru agar bisa mendapatkan komisi. 

Enggak jarang tuh, mereka jadi getol mengejar komisi hingga mengelabui para korbannya dengan iming-iming profit tinggi yang bersifat tetap (fixed). Inilah yang menjebak banyak orang untuk menggunakan robot trading, tanpa sebelumnya mereka lakukan trial atau backtest terlebih dahulu. Padahal, saat trading dan investasi akan selalu ada yang namanya risiko dan enggak ada yang pasti 100%.

Setelah sebelumnya kamu melihat ada banyak kasus penipuan dari robot forex, pertanyaannya sekarang, masih bisakah kamu menggunakan robot trading forex untuk mendapat profit? Oke, jawabannya tentu saja bisa. Kamu tetap bisa kok profit dari robot trading forex. Asalkan, kamu juga turut menggunakan robot trading tersebut. Nah, biar enggak salah pilih, berikut adalah beberapa tips memilih robot trading forex:

  1. Jangan gunakan robot forex dari broker.
  2. Jangan menggunakan robot scalping, karena history harganya kurang panjang dan sampel datanya kurang banyak.
  3. Hindari robot trading martingale, grid atau averaging.
  4. Hindari robot all in one (yang apapun bisa di semua pair atau di semua time frame).
  5. Jangan gunakan robot yang gratis karena enggak akan pernah di-update. Sehingga saat ada perubahan harga atau anomali di pasar, maka si robot enggak bisa mengenalinya.
  6. Hindari robot too good to be true yang menjanjikan anti loss atau profit pasti.
  7. Minta data portfolio penyedia robot forex, lalu lakukan backtest dan trial.

Share on: